Mengapa Pria Menghindari Ikatan?


Studi Kasus: Andi Dan Rena
Ellen berpikir bahwa Andi dan Rena akan menjadi pasangan yang hebat maka dia pun mengatur keduanya untuk melakukan kencan buta.

Mereka mengalami malam yang indah, saling bertukar nomor telpon dan membuat rencana untuk bertemu lagi. Pada hari berikutnya, Rena menelpon Ellen dan berterimakasih karena telah memperkenalkan mereka berdua dan mengatakan bahwa dia sungguh-sungguh menyukai Andi dan ingin mengenalnya lebih baik lagi. Malamnya, Andi juga menelpon Ellen dan mengatakan hal yang sama tentang Rena.

Waktu Andi menutup telpon, Ellen segera menelpon Rena dan mengulangi apa yang dikatakan Andi tadi. Ini adalah sebuah isyarat yang diperlukan oleh Rena untuk mulai melakukan proses untuk mengenal Andi dan untuk memulai sebuah hubungan maka, pada pekan berikutnya, dia mengundangnya untuk pergi ke pantai bersamanya dan kemudian makan malam. Andi menerimanya dengan gembira. Mereka keluar bersama selama tiga pekan berikutnya dan akan nonton film berdua sekali atau dua kali dalam pekan itu. Bagi Rena, waktu yang telah berlalu mengisyaratkan bahwa mereka kini berada dalam sebuah hubungan. Dia tidak berkencan dengan orang lain kecuali Andi, walaupun mereka tidak pernah mendiskusikan untuk memiliki sebuah hubungan yang khusus.

Cerita Andi
Satu bulan telah berlalu namun Andi sama sekali tak punya pikiran bahwa dirinya dianggap sedang menjalin sebuah hubungan karena hal itu tak pernah didiskusikan. Demikianlah adanya dengan otak pria. Ia tak memahami konsep sebuah hubungan seperti yang dipahami oleh wanita.

Andi memutuskan untuk mengajak Fifi ke pesta ulang tahun sahabatnya. Fifi selalu menjadi jiwa dan kehidupan dalam setiap acara kumpul-kumpul, seorang yang betul-betul menyenangkan bagi semua orang dan Andi sudah berbulan-bulan tidak berjumpa dengannya. Di pesta itu mereka berdua sedang menikmati saat-saat yang mengasyikkan tatkala Andi berpapasan dengan Ellen. Dia segera memperkenalkan Ellen kepada Fifi. Ellen tampak bersikap agak dingin kepada mereka berdua, dan Andi merasa bahwa Ellen tidak menyukai Fifi. Hal ini membuatnya pusing karena Fifi adalah orang yang menyenangkan dan setiap orang menyukainya. Namun dia tidak punya pikiran lain.

Cerita Ellen
Ellen jadi syok karena Andi tidak mengajak Rena ke pesta itu. Akan tetapi, dia malah mengajak pelacur bermulut besar bernama Fifi. Ellen tahu bahwa, daripada Rena mengetahui hal itu dari gossip, dia harus jadi orang pertama yang memberitahunya, dan dia tidak berpikir panjang lagi untuk melakukan hal itu. Dapat diduga, jadinya tidak baik. Tatkala Rena mendengar tentang pesta itu, tangisnya pun pecah karena selama ini dia berpikir bahwa antara dirinya dan Andi sudah berjalan dengan baik. Rena menelpon Andi dan memintanya untuk datang menemuinya malam itu. Andi merasa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi tidak tahu gerangan apakah itu.

Keributan
Andi datang untuk berjumpa lagi dengan Rena, sambil berharap bahwa wanita itu telah memasak makanan kesukaannya. Akan tetapi, tatkala Rena membuka pintu dia dapat melihat bahwa Rena baru saja menangis dan marah kepadanya. “Bagaimana kau bisa melakukan ini kepadaku?” katanya sambil menangis, “… dan di depan teman-teman kita lagi! Sudah berapa lama kau berhubungan dengannya? Apakah kau mencintainya? Apakah kau tidur dengannya? Jawab!” Andi tak percaya apa yang didengarnya. Dia tak mampu berkata-kata. Dia menghabiskan tiga jam berikutnya untuk berusaha memilah masalah ini bersama Rena, apa pun problem itu. Dia menerangkan bahwa dirinya tak pernah menyadari bahwa mereka berdua adalah pasangan yang istimewa, selama ini dia berpikir bahwa Rena mungkin juga sedang berjumpa dengan bermacam-macam pria, bukan hanya dirinya. Ini adalah pertama kalinya mereka mendiskusikan perasaan-perasaan dan emosi mereka, dan keduanya menyadari bahwa mereka sedang mengarah ke arah yang sama sekali berbeda.

Rena menginginkan sebuah komitmen dari Andi. Namun pria itu belum siap memberikannya sekarang. Dia ingin bebas. Mereka berdua memutuskan untuk tetap berteman namun tidak lagi menjadi kekasih… Demikianlah keputusan Rena. Andi berpikir mungkin Rena sedang mengalami sind rom masa pra haid dan akan melupakan hal itu pada akhir pekan nanti …

Para wanita seringkali dibuat bingung oleh bagaimana seorang pria dapat berkomitmen terhadap semangat keagamaan hingga tim olah raga, namun tampaknya hampir-hampir tak bisa memberikan investasi apa pun seperti dengan mencurahkan jumlah energi emosional yang sama dalam sebuah hubungan. Seorang pria seringkali akan menarik kembali emosi dan perasaannya bersama seorang wanita yang dicintainya, namun dapat menjadi tampak begitu emosional dan bergairah tatkala tim favoritnya sedang berlaga  apalagi kalau timnya itu sampai kalah. Bagaimana dia bisa begitu setia dan loyalnya memberikan dedikasi kepada sekelompok olahragawan bertubuh kekar, tidak selalu cerdas, hanya bersifat sementara saja lagipula juga tak pernah berjumpa langsung dengannya dan juga tak pernah memberikan perhatian secuil pun kepadanya, namun di sisi lain, justru tak sedikitpun menampakkan kesetiaan yang sama kepada wanita yang menjadi pasangannya?

Hampir dalam segala eksistensi manusia, pria bersifat poligami demi alasan untuk bertahan hidup (survival). Pria selalu berada dalam jumlah yang sedikit karena banyak yang terbunuh tatkala berburu
atau berperang, maka memang amat masuk akal bagi mereka yang berhasil bertahan hidup untuk mengadopsi para janda ke dalam harem-harem mereka. Ini juga akan memberikan kesempatan yang besar kepada para pria itu untuk menurunkan gen-gen mereka. Dari sudut pandang bertahan hidup bagi suatu spesies, adalah masuk akal bagi satu pria untuk memiliki sepuluh atau dua puluh wanita, namun adalah tidak masuk akal bagi satu wanita untuk memiliki sepuluh atau dua puluh pria sementara dia setiap kalinya hanya dapat mengandung satu janin saja.

Hanya 3% dari spesies binatang, seperti rubah dan angsa, yang memiliki sifat monogamis. Masing-masing jenis kelamin ini memiliki ukuran dan warna yang sama dan biasanya kita tak dapat membedakannya. Otak dari sebagian besar spesies jantan lainnya, termasuk manusia, tidak diprogram untuk bersifat monogamis. Inilah alasannya mengapa para pria akan menunda-nunda untuk membuat sebuah komitmen dengan seorang wanita selama mungkin dan mengapa begitu banyak pria mengalami kesulitan untuk bersikap monogamis dalam sebuah hubungan. Bagaimanapun, kita berbeda dengan spesies lainnya dalam hal bahwa otak kita yang telah mengalami kemajuan telah mengembangkan lobus depan yang besar yang memungkinkan kita membuat keputusan dengan kesadaran tentang apa yang akan atau tidak akan kita lakukan, maka tak pernah ada untungnya memprotes para pria bahwa mereka tak dapat menahan dirinya. Mereka selalu punya pilihan. Bagi seorang wanita, menjalin ikatan, setidak-tidaknya hingga anaknya cukup mandiri, telah terpogram ke dalam kesadarannya.

Bila engkau menginginkan seorang pria yang mau punya ikatan (komitmen) – carilah di rumah sakit jiwa. — MAE WEST

Para wanita memahami bahwa jika ada wanita lain yang “keluar” dengan seorang pria untuk sementara waktu dan mereka berdua tidak berkencan dengan orang lain, maka ada hubungan yang terjalin. Namun bagi sebagian besar pria, seperti Andi, ini adalah sebuah konsep  yang asing. Tatkala Rena menangis, “Apa yang sedang dipikirkan Andi pada saat itu?” jawabannya: dia tidak sedang memikirkan apa pun.

Apa Yang Dipikirkan Oleh Hampir Semua Pria
Sudah menjadi sebuah tema lelucon yang umum di kalangan pria bahwa bila seorang pria menjalin hubungan permanen dengan seorang wanita atau menikah adalah sebuah tanda yang jelas bahwa kehidupan pria yang malang itu, sebagaimana diketahuinya, sudah hampir selesai. “Begitu kau menjalin sebuah ikatan, dia akan mengendalikanmu,” tawa mereka. “Ucapkanlah selamat tinggal kepada setengah rumahmu dan 90% kehidupan seksmu!” mereka akan cekikikan. Dan kemudian akan ada peringatan ini, biasanya dari pria yang masih bujangan, “Sekarang kau perlu minta izin untukbersin sehingga dia akan memberimu belenggu.” Salah satu lelucon praktis yang biasa dilakukan terhadap seorang calon mempelai pria adalah untuk menuliskan kata TOLONG pada teman-temannya di alas sepatu pernikahannya. Hampir semua pria akan menghindar untuk terikat dalam sebuah hubungan sementara mereka merasa seorang wanita akan mengambil alih kebebasan dan mereka akan menjadi lemah dan tak berdaya. Tanggapan seorang pria atas olok-olokan ini seringkali adalah tidak mendiskusikan komitmen dengan seorang wanita atau bahkan melakukan sesuatu yang sama sekali berlawanan dari apa yang diinginkan oleh pihak wanita. Sementara banyak pria mengklaim bahwa komitmen berarti mereka akan kehilangan semua kebebasan mereka, sulit untuk memahami kebebasan apa persisnya yang sedang mereka bicarakan.

Tatkala Anda meminta agar dijelaskan dengan detil apa yang dimaksud, mereka berbicara tentang kebebasan untuk datang dan pergi sesuka mereka, bukannya bicara jika mereka tidak merasa menyukainya, jangan pernah harus menjelaskan tindakantindakan mereka atau menjustifikasi perilaku mereka, dan untuk memiliki wanita sebanyak yang mereka inginkan. Walaupun demikian, pada saat yang sama, mereka pun menginginkan cinta, makanan dan banyak seks. Pendeknya, mereka menginginkan itu semua dan seberapa banyak pria pada hari ini yang mungkin dapat mengklaim bahwa mereka pernah mendapatkan semua itu, bahkan tanpa mempertimbangkan untuk kehilangan semua itu? Cara hidup ini mungkin pernah ada di harem-harem zaman dahulu di Arabia dan masih dipraktikkan pada sebagian kultur primitif, namun hampir semua pria pada zaman sekarang punya peluang yang kecil untuk bahkan mengambil sampel kondisi kehidupan yang demikian itu.

Satu-satunya cara untuk menjalani kehidupan yang sama sekali bebas adalah dengan hidup sendirian di sebuah pulau padang pasir di mana tak ada aturan di sana. Menjalin ikatan adalah seperti mendapatkan surat izin mengemudi. Bila Anda ingin mengendarai sepeda motor Anda harus mempelajari aturan-aturan jalan raya dan mematuhinya – bila tidak maka Anda akan selalu menjadi pejalan kaki. Sebuah hubungan adalah sekadar sebuah negosiasi dengan aturan – jika Anda ingin cinta, pertemanan, seks dan seseorang yang akan merawat Anda, maka Anda harus menawarkan sesuatu sebagai balasannya. Anda tidak bisa mendapatkan kue dan memakannya juga. Yang diharapkan oleh para wanita sebagai balasannya adalah cinta, kesetiaan dan loyalitas. Hal terakhir yang ada di dalam benak mereka adalah menghilangkan kebebasan seorang pria.

Solusi
Konsep untuk berada dalam sebuah hubungan permanen yang potensial tidak pernah terpikirkan oleh Andi. Tatkala seorang wanita menduga bahwa seorang pria memiliki fobi atas ikatan, maka si wanita perlu menjelaskan kepadanya bahwa sesungguhnya dia sedang menjalin sebuah hubungan. Misalnya, si wanita dapat berkelakar tentang betapa, kini si pria sedang berada dalam sebuah hubungan, si wanita bahagia dapat membuatkan secangkir kopi untuknya, atau si wanita dapat berbicara tentang betapa senangnya bercinta semalam dan keesokan harinya bangun bersama karena mereka sedang menjalin sebuah hubungan. Si wanita harus belajar untuk bicara langsung, daripada bersikap malu-malu dan hanya berharap si pria akan menangkap isyarat tersebut. Karena kemudian adalah lazim, seperti Andi, bahwa dia tetap tidak akan mengerti. Masalahnya bukan hanya para pria bukanlah pembaca pikiran, akan tetapi hampir semua pria tidak sensitif terhadap keadaan pikiran wanita. Ingat, pria berkembang sebagai pemburu binatang dan memerangi musuh, bukan berusaha untuk memahami binatang atau musuh itu atau bersikap sensitif terhadap kebutuhan emosional mereka.

Maka jangan pernah berasumsi bahwa Anda berada dalam sebuah hubungan tanpa mendiskusikannya dengan orang lain. Pria tak dapat membaca pikiran sehingga seorang wanita semestinya menanyakan kepadanya bagaimana perasaannya terhadapnya dan kemanakah hubungan ini akan mengarah. Pria bersikap langsung dan akan membiarkan seorang wanita tahu jika mereka ingin hubungan ini bersifat khusus atau tidak. Pria melihat bahwa dengan bersikap langsung adalah sebuah tanda sikap hormat, maka bila seorang wanita menginginkan sebuah ikatan, maka dia seharusnya memintanya, daripada hanya mengharapkannya. Akan tetapi, ada batasan-batasan atas berapa kali seseorang dapat mengangkat pokok pembahasan itu. Akan jadi sebuah refleksi yang menyedihkan pada pasangan mana pun tatkala seorang wanita terdorong untuk mengatakan, “Dapatkan engkau menidurkan kedua anak kita, sekarang kita berdua kan sedang menjalin sebuah hubungan?

Tidak ada komentar

GENERASI GO-BLOG. Diberdayakan oleh Blogger.