CATATAN PETANI MILENIAL (Part II)

YANG DITEMUKAN SELAMA MENJADI PETANI DADAKAN

1. Sawah yang berada di ketinggian umumnya mudah kehilangan bagian lapisan tanah atas (top soil), sehingga kandungan organiknya lebih sedikit karena sering tercuci oleh aliran air hujan. Oleh sebab itu biasanya sawah jenis ini membutuhkan unsur hara N (Urea lebih banyak). Sedangkan sawah dataran rendah cenderung lebih subur dan tidak membutuhakn unsur hara N lebih tinggi, karena banyak menerima sisa pencucian lapisan tanah atas oleh aliran air.

2. Tanaman padi yang berada di bawah naungan pohon tumbuh lebih subur karena sisa daun yang jatuh akan menjadi bahan organik dengan proses pengomposan alami. Namun perkembangan biji padi terhambat karena intensitas matahari yang lemah akibat kanopi pepohonan mengganggu proses fotosintesis daun dalam pembentukan karbohidrat pada buah.

3. Tanah yang teksturnya gembur (subur) karena mengandung bahan organik, membuat tanaman padi lebih toleran/tahan terhadap penyakit dibandingkan dengan tanah yang liat/padat. Hal ini terjadi karena tanaman padi memiliki perakaran yang baik pada tanah yang gembur.

4. Malai dan bulir buah dari anakan yang tumbuh setelah indukan padi mati terserang hama/penyakit akan memiliki ukuran yang lebih kecil dan pendek.

5. Tanaman padi yang ditanam tanpa jarak tanam cenderung tumbuh lebih kerdil, mudah terserang hama/penyakit dan ditumbuhi gulma, bahkan menjadi “sarang” dan sumber hama/penyakit. Hal ini terjadi karena kompetisi perakaran untuk mendapatkan unsur hara pada tanah, dan daun untuk mendapatkan cahaya matahari. Apabila memaksakan padi tanpa jarak tanam untuk tumbuh baik, maka dibutuhkan perawatan lebih dan dosis pupuk yang tinggi. Tanam tanpa jarak juga sangat sulit dirawat (disemprot dan proses pemupukan) karena tak ada sela.


 Saran

1. Lakukan pemangkasan pohon yang menaungi lahan sawah.

2. Saat pengolahan lahan sebaiknya dilakukan penaburan pupuk kandang/kompos atau bahan organik sebagai pembenah tanah.

3. Berikan pemupukan NPK dengan kandungan senyawa Nitrat (NO3) seperti Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 atau NPK Pak Tani 16-16-16 dan aplikasikan Pupuk Hayati (POC) sebagai penunjang dan sumber bakteri yang akan membantu menambat Nitrogen serta mempercepat proses dekomposasi sisa tanaman mati.

4. Naikkan 30% dosis pemupukan dan frekuensi perawatan dan pecegahan hama/penyakit yang lebih banyak.

5. Untuk menjaga kesuburan sawah yang berada di ketinggian harus dilakukan pemberian kompos atau pemberian dekomposer pada sisa jerami setelah panen.

 

MEMAHAMI PUPUK DAN PEMUPUKAN PADI


Pupuk ibarat makanan yang dibutuhkan oleh manusia sebagai nutrisi untuk menghasilkan energi untuk hidup sejak lahir. Demikian juga tanaman padi butuh pupuk yang memiliki unsur hara Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) dan lainnya, baik makro maupun mikro.

Dalam perkembangannya pada masa awal pertumbuhan (Vegetatif), organ akar, batang dan daun padi memulai pembentukan. Pada masa ini (7-10 hari setelah tanam), Nitrogen (Urea) dan NPK (Phonska) diberikan sebagai pupuk dasar. Selanjutnya pada minggu ke III - IV (20-30 HST) padi lebih banyak membutuhkan unsur N karena bertujuan untuk memperbanyak anakan. Pada fase minggu IX (45-50 HST) Primordia, perkembangan tanaman padi harus ditunjang oleh Kalium dan Fosfor agar bisa tahan penyakit dan memiliki batang yang kokoh untuk pembentukan buah/biji (Generatif).

 Berikut tabel pupuk dan pemupukan:

Catatan: Jika dikhawatirkan serangan hama/ulat akan terjadi, maka berikan pestisida sistemik granul (berbentuk butiran) pada saat pemupukan kedua (20-30 HST), dicampur dengan Urea.

 

 

2 komentar:

  1. Saya ingin berbagi di sini tentang bagaimana Tuan Pedro memberi saya pinjaman sebesar £820.000,00 untuk memperluas bisnis saya dengan tingkat pengembalian tahunan 2%. Saya sangat bersyukur dan saya pikir saya harus membagikannya di sini. Berikut alamat emailnya: pedroloanss@gmail.com / WhatsApp +393510140339 jika ada di sini yang mencari suku bunga pinjaman yang terjangkau.

    BalasHapus

GENERASI GO-BLOG. Diberdayakan oleh Blogger.