Anak Bisa Meniru Orang Tuanya dalam Mengelola Emosi


Orang tua tak hanya perlu mengenalkan macam-macam emosi kepada anak, tetapi juga menjadi contoh. Saat marah misalnya, anak bisa melihat bagaimana cara orangtuanya marah.
"Anak bisa lihat nih, kalau lagi marah, mamanya enggak akan banting-banting pintu. Marah itu kan verbal, bukan nonverbal. Bukan banting-banting. Anak bisa belajar dari mamanya," ujar psikolog anak Roslina Verauli di Jakarta, Rabu (14/12/2016).
Ketika marah, anak pun harus bisa mengungkapkan mengapa ia marah. Dalam hal ini, orangtua, khususnya ibu yang sering mendampingi anak juga dapat menjadi contoh.
Saat marah, seorang ibu sebaiknya dapat menjelaskan kepada anak apa alasannya marah. Jadi, anak memahami emosi ibunya ketika marah. Ia pun nanti bisa belajar memahami emosi pribadinya dan bagaimana mengelolanya.
Vera mengungkapkan, kemampuan anak memahami dan mengelola emosinya itu merupakan kompetensi emosional. Jadi, ketika marah, anak tahu emosinya sedang marah dan ia tahu alasannya.
Begitu juga saat sedih. Anak memahami hal apa yang membuatnya sedih hingga bagaimana mengelola kesedihannya menjadi emosi positif.
"Apakah nangisnya mau sampai guling-guling atau dia mampu mengatasi? Anak diberi pengertian, sedih itu enggak harus guling-guling, marah enggak harus berhari-hari," terang Vera.
Vera mengatakan, anak dengan kompetensi emosional yang baik bisa bersosialisasi dengan baik pula dengan teman sebayanya kelak. Anak bisa memahami teman-teman dan menumbuhkan rasa empati terhadap sesama.

Sumber: Kompas.com

1 komentar:

  1. http://khazanah77.blogspot.co.id/2017/01/kiat-mencetak-anak-nakal.html

    BalasHapus

GENERASI GO-BLOG. Diberdayakan oleh Blogger.