Penguin Tak Bisa Ke Kutub Utara


Andai beruang kutub dipindahkan ke Antartika dapatkah mereka bertahan hidup? Dan apakah penguin akan bertahan hidup di Kutub Utara?


Beruang kutub barangkali mampu bertahan hidup di Antartika, dan di lautan sekitarnya, tetapi mereka dapat mendatangkan kerusakan berat pada kehidupan liar asli di sana. Di Kutub Utara (Arktik), beruang kutub terutama hidup dari memangsa anjing laut, terutama anak-anak anjing yang baru lahir di lempengan es atau di pantai. Banyak perbedaan antara kebiasaan berkembang biak antara anjing laut Kutub Utara dan anjing laut Kutub Selatan dapat ditafsirkan sebagai adaptasi terhadap hewan yang memangsa mereka. Di Kutub Utara ada beruang. Beruang kutub akan berpesta pora dengan mamalia dan burung pemakan ikan yang banyak terdapat di Antartika. Penguin akan menjadi mangsa paling empuk karena tidak bisa terbang dan beranak-pinak di medan terbuka, sementara spesies yang lebih besar memerlukan waktu berbulan-bulan untuk membesarkan seekor saja anak mereka. Beruang memang bukan jago lari, tetapi mereka bisa menangkap anak penguin yang tambun dan menggemaskan atau menyantap telur yang sedang dierami. Di Kutub Utara beruang terutama berburu di pinggiran lempengan es, yang cukup tebal untuk menopang berat mereka tetapi cukup tipis bagi anjing laut untuk membuat lubang bernapas. Sejumlah pulau di lepas pantai utara Kanada, Alaska, dan barat laut Eropa menyediakan habitat yang sesuai sekali bagi mereka. Benua Antartika lebih dingin, dengan pulau-pulau di lepas pantai yang hanya beberapa buah, maka barangkali beruang akan lebih suka tinggal di lintang lebih utara di Laut Selatan daripada di kutubnya sendiri. Kita hanya bisa berharap tak ada orang mencoba menerapkan usulan seperti di atas. Memasukkan predator secara tidak alami ke suatu lingkungan dapat merusak tatanan kehidupan liar yang sudah ada, sebab hewan-hewan lama tidak terbiasa berhadapan dengan mereka. Ini telah terjadi ketika orang memasukkan stoat ke Selandia Baru, rubah dan kucing ke Australia, dan tikus yang terbawa oleh kapal ke banyak pulau terpencil. Hewan-hewan besar juga akan merusak tumbuhan yang hanya sedikit, lemah, dan sulit tumbuh di Antartika. Sebagai contoh, rusa tundra Norwegia ( reindeer) telah merusak banyak tanaman asli South Georgia, sebuah pulau di bagian selatan Atlantik, sejak mereka dibawa ke sana 80 tahun yang lalu.
C. M. Pond
Department of Biological Sciences, The Open University, Milton Keynes,
Buckinghamshire, Inggris

Sementara ini, sejauh yang saya ketahui, tak seorang pun pernah begitu bodoh sampai membawa beruang kutub ke Antartika, walaupun setidaknya orang pernah
dua kali mendatangkan penguin ke Kutub Utara. "Penguin" asli pada dasarnya adalah mendiang burung auk besar ( Pinguinus impennis) sejenis burung penyelam bersayap pendek, yang dahulu pernah terdapat dalam jumlah besar di sekitar pesisir utara Atlantik. Walaupun tak ada hubungan dengan penguin di belahan bumi selatan, penampilan mereka mirip sekali, dan menempati relung ekologis (ecofogicat niche) yang sama dengan penguin, terutama penguin raja di kawasan subantartika.
Ketika sebuah spesies asing masuk ke sebuah lingkungan baru, pasti sesungguhnya ada relung ekologis yang sesuai untuk diisi oleh spesies itu, dan relung itu pasti sedang kosong. Secara umum, relung ekologis yang ditempati oleh penguin di selatan diisi oleh keluarga auk di utara. Akan tetapi kepunahan auk besar pada pertengahan abad kesembilan belas di tangan para pemburu paus yang rakus
menciptakan tidak hanya sebuah kekosongan yang dapat diisi dengan pas oleh penguin besar, tetapi juga sebuah permintaan ekonomi yang potensial untuk daging penguin yang kaya lemak dan telurnya yang kaya protein. Barangkali peluang ekonomi seperti itulah yang membuat orang secara sendiri-sendiri pernah dua kali mencoba memperkenalkan penguin ke perairan Norwegia pada akhir tahun 1930-an. Yang pertama, oleh Cari Schoyen dari Masyarakat Perlindungan Alam Norwegia, yang melepaskan sekawanan yang terdiri atas sembilan ekor penguin raja di Rest, Lofoten, Gjesvaer dan Finnmark dalam bulan Oktober 1936. Dua tahun kemudian, Federasi Nasional untuk Perlindungan Alam, dalam sebuah operasi yang sama-sama luar biasa, telah melepaskan beberapa ekor penguin makaroni dan penguin jackass di daerah yang sama, bahkan meskipun burung-burung lebih kecil ini jelas akan bersaing ketat dengan auk atau burung-burung laut asli lain. Hasilnya tidak membahagiakan bagi para peneliti dan, teristimewa, bagi penguin sendiri. Di antara mereka yang nasibnya diketahui, seekor penguin raja dengan cepat dibantai oleh seorang penduduk setempat yang menganggapnya semacam hantu, sedangkan seekor penguin makaroni mati di sebuah jala nelayan dalam tahun 1944 walaupun dari kondisinya mungkin burung ini berhasil bertahan hidup selama enam tahun di perairan yang asing baginya. Dan segera menjadi jelas bahwa alasan sesungguhnya mengapa setiap upaya pengisian relung ekologis yang ditinggalkan oleh auk besar ditakdirkan gagal adalah sama persis dengan alasan mengapa relung tersebut kosong— burung laut sebesar itu tidak mampu hidup tenang bersama predator yang selain besar juga pintar: manusia. Sudah barang tentu, kehadiran manusia yang terus bertambah di kawasan jauh ke selatan kini tengah mengancam penguin-penguin di habitat alami mereka.
Hadrian Jeffs
Norwich, Norfolk, Inggris

Tidak ada komentar

GENERASI GO-BLOG. Diberdayakan oleh Blogger.