Bumerang Bisa Kembali
Mengapa bumerang bisa
kembali?
Sebuah bumerang
seperti dua buah bilah sayap pesawat yang digabungkan menjadi satu di
tengah-tengah. Senjata ini dipegang hampir tegak lurus sebelum dilemparkan.
Karena berputar dengan cara begini, bilah sebelah atas sesungguhnya
menjauh dari Anda
lebih cepat daripada bilah sebelah bawah. Ini membuat dorongan ke samping pada
bilah atas (sama seperti gaya angkat yang dialami oleh sebuah sayap pesawat)
lebih kuat daripada pada bilah bawah, maka bumerang menjadi miring, sama
seperti ketika seseorang mendorong Anda pada bahu, dan pola terbangnya mulai
melengkung. Begitu pula, jika Anda mengendarai sebuah sepeda kemudian
mengalihkan berat tubuh Anda ke satu sisi, sepeda akan berbelok, yang akhirnya
membentuk sebuah lingkaran. Bumerang berperilaku seperti ini.
Alan Chester
Sheffield, South
Yorkshire, Inggris
Bumerang yang kembali
ke si pelontar bekerja melalui perpaduan antara efek aerodinamik dan
giroskopik. Sebuah bumerang pada dasarnya sebuah sayap berputar dengan dua buah
bilah atau lebih yang berbentuk aerofoil. Karena dilemparkan dengan bidang
rotasi kira-kira 20 derajat dari tegak lurus senjata ini berpusing dengan
kencang (kira-kira 1-10 putaran per detik), dengan bilah atas melaju dengan
arah gerak keseluruhan. Oleh sebab itu, bilah atas bergerak lebih cepat
daripada bilah bawah. Bilah yang bergerak lebih cepat mengalami gaya angkat lebih
besar daripada bilah yang lebih lambat. Ini menghasilkan sebuah gaya
keseluruhan yang cenderung berbelok, selain mengalami efek puntir. Rotasi
bumerang menjadikannya berperilaku seperti sebuah giroskop. Ketika efek puntir
terjadi, efek giroskopik membuat bumerang berputar terhadap sebuah sumbu hampir
vertikal yang berbeda. Ini terus mengubah bidang rotasi bumerang, membuatnya
melayang berkeliling sampai kembali ke si pelontar.
Efek lain juga tampak
dalam gerak bumerang, misalnya kecenderungannya melayang datar sewaktu kembali
ke pelontar bidangnya berubah dari posisi awal yang miring 20 derajat menjadi
horizontal ketika kembali. Ini disebabkan oleh sejumlah efek aerodinamik yang
berpadu lagi dengan presesi giroskopik. Efek yang
paling nyata adalah bahwa bilah yang bergerak lebih dahulu membangkitkan gaya
angkat lebih banyak dibanding bilah yang belakangan. Ini sekali lagi
menyebabkan rotasi yang membuat bumerang berpusing ke arah bidang horizontal.
Sebuah artikel oleh Felix Hess pada edisi November 1968 Scientific American
menerangkan proses ini secara rinci.
Richard
Kelso dan Philip Cutler
University
of Adelaide, Australia Selatan
Jawab
yang sederhana atas pertanyaan ini adalah bahwa kebanyakan bumerang tidak
kembali dan tidak dimaksudkan untuk kembali. Orang Aborigin Australia membuat
bumerang untuk berburu dan berperang, bukan untuk olahraga atau bermain, maka
di mana pun di seluruh benua Australia mereka tidak merancang bumerang yang
dapat kembali ke tangan si pelontar. Bagi mereka, bumerang harus kembali ke
tangan mereka bersama hewan buruan atau musuh yang berhasil mereka kalahkan.
Saya pernah melihat orang suku Warlpiri melemparkan sebuah bumerang karli dan
berhasil mengenai sebuah sasaran pada jarak lebih dari 100 meter. Pengawal suku
yang sudah terbiasa mampu melemparkan senjata mematikan ini dengan sangat
mudah. Orang Warlpiri juga membuat wirlki (juga disebut bumerang siku atau
bumerang "Angka 7"), yang khusus digunakan untuk berperang. Di
seluruh Australia, bahkan di daerah-daerah dengan penduduk yang tidak membuat
bumerang, ada kebiasaan umum untuk menggunakan pasangan bumerang sebagai alat
musik dalam upacara tradisional mereka. Bumerang seperti ini masih
diperdagangkan untuk keperluan ritual sampai ke pelosok yang paling jauh.
Bumerang dari Australia ternyata sangat beragam. Untuk informasi lebih lengkap
lihat Boomerang: Behind an Australian Icon oleh Philip Jones, diterbitkan oleh
South Australian Museum.
Chips
MacKinolty
Nightcliff,
Northern Territory, Australia
Post a Comment