Kemana Jejak Peluru Senjata Saat Ditembakkan ke Atas



Dalam operasi penangkapan buronan, tidak jarang polisi melakukan tembakan peringatan ke udara sebagai pemberitahuan bahwa peluru berikutnya sah untuk disarangkan ke bagian tubuh tersangka pelaku kejahatan. Masalahnya adalah: Andai laras pistol diarahkan tegak iurus ke udara sewaktu peluru meninggalkannya, berapa kira-kira ketinggian yang dapat dicapai oleh peluru serta berapa kecepatannya ketika jatuh kembali ke bumi (berikut peluangnya untuk menewaskan orang tak berdosa)?


Menembakkan senjata api ke udara tidak hanya dilakukan oleh polisi. Kelompok bersenjata di berbagai kawasan genting di dunia biasa mengumbar kegembiraan atau kekesalan mereka dengan cara ini. Kematian atau cedera yang diakibatkannya cukup signifikan. Untuk sebuah peluru modern kaliber 7,62 milimeter yang ditembakkan tegak lurus ke udara dari sebuah senapan, peluru akan memiliki kecepatan sekitar 840 meter per detik sewaktu meninggalkan moncong senapan dan akan mencapai ketinggian kirakira 2400 meter dalam sekitar 17 detik. Selanjutnya ia akan memerlukan 40 detik untuk kembali ke tanah, biasanya dengan kecepatan relatif rendah karena fenomena yang disebut kecepatan terminal atau terminal velocity (Kecepatan terminal = kecepatan konstan yang dapat dicapai oleh sebuah benda jatuh bebas ketika hambatan medium yang dilaluinya menghalangi percepatan lebih lanjut-penerjemah). Dalam lintasan balik ini peluru biasanya turun dengan bagian bawah lebih dahulu karena sesungguhnya peluru lebih stabil dalam posisi demikian ketika sedang jatuh bebas. Bahkan dengan penembakan yang betul-betul tegak lurus, peluru dapat melenceng ke samping beberapa jauh sewaktu jatuh kembali. Peluru akan memerlukan kira kira 8 detik di ketinggian antara 2300 dan 2400 meter dan dengan kecepatan vertikal kurang dari 40 meter per detik. Dalam keadaan demikian peluru rentan terhadap hembusan angin dari samping. Ia akan kembali ke bumi pada kecepatan kirakira 70 meter per detik. Kedengarannya ini tidak seberapa kencang tetapi, mengingat kepala manusia terletak di sebelah atas, kematian dan cedera serius yang dapat ditimbulkan oleh peluru nyasar cukup tinggi.
Kematian akibat peluru nyasar bisa lima kali lebih banyak daripada kematian akibat tembakan langsung. Perlu diakui bahwa pengukuran peristiwa ini agak sulit dan hargaharga di atas berasal dari model komputer untuk lintasan peluru.
Sam Ellis dan Gerry Moss
Royal Military College of Science
Swindon, Wiltshire, Inggris

Tipe peluru berbeda memiliki perilaku yang berbeda. Sebuah peluru .22LR mencapai ketinggian maksimum 1179 meter. Yang Terbaik dari Yang Masih Ada dan kecepatan terminal entah 60 meter per detik atau 43 meter per detik tergantung pada apakah peluru jatuh bawahnya dahulu atau miring. Sebuah peluru .44 magnum akan mencapai ketinggian 1377 meter dan akan mempunyai kecepatan terminal 76 meter per detik ketika jatuh bagian bawah lebih dahulu. Sebuah peluru .30-06 akan
mencapai ketinggian 3080 meter dengan kecepatan terminal 99 meter per detik. Total waktu terbang sebuah peluru .22LR adalah antara 30 dan 36 detik, sedangkan untuk peluru .03-06 adalah kirakira 58 detik. Kecepatan peluru berbeda sewaktu meninggalkan laras jauh lebih tinggi daripada kecepatan jatuh mereka. Sebuah peluru .22LR memiliki kecepatan laras ( muzzle velocity) 383 meter per detik dan sebuah peluru .30-06 memiliki kecepatan laras 823 meter per detik. Menurut pengujian yang dilakukan oleh Browning pada awal abad kedua puluh dan belum lama ini oleh L. C. Haag, kecepatan peluru yang diperlukan untuk menembus kulit manusia adalah antara 45 dan 60 meter per detik, berarti masih di bawah kecepatan jatuh semua peluru. Tentu saja, cedera serius atau cedera mematikan tidak hanya karena kemampuan penetrasi kulit. Bagaimanapun, orang yang memiliki tanggung jawab tidak akan pernah menembakkan peluru ke udara di luar kecuali keadaan menuntut demikian.
Penanya sebaiknya membaca Falling buliets: terminal velocities and penetration studies, oleh L. C. Haag, Wound Ballistics Conference, April 1994, Sacramento, California.
David Maddison

Melboume, Victoria, Australia John W. Hicks, dalam bukunya The Theory of the Rifle and Rifle Shooting, menguraikan eksperimeneksperimen yang dilakukan dalam tahun 1909 oleh Mayor Hardcastle yang menembakkan sejumlah peluru senapan .303 tegak lurus ke udara di River Stour di Manningtree. Pengayuh perahunya, yang barangkali takut terkena peluru nyasar, melindungi kepalanya dengan sebuah buku
yang sangat tebal. Ternyata, tak sebutir pun peluru mendarat kurang dari 100 meter dari mereka, bahkan ada yang mendarat lebih dari 300 meter dari mereka sementara yang lain hilang entah ke mana.
Julian S. Hatcher mencatat eksperimen serupa di Florida tidak lama setelah Perang Dunia Pertama. Sebuah senapan mesin kaliber .30 dipasang berdiri tegak di tengah sebuah panggung bujur sangkar selebar kira-kira tiga meter di bagian laut dengan air sangat tenang sehingga peluru yang jatuh ke air pasti kelihatan. Juru tembak di bawah panggung dilindungi dengan lempengan baja tahan peluru. Senapan mesin di atur sedemikian dengan harapan peluru-peluru yang ditembakkan akan jatuh kembali ke atas panggung. Di antara lebih dari 500 butir peluru yang ditembakkan ke udara, hanya empat butir terjatuh kembali ke atas panggung. Selebihnya terjatuh bergerombol sekitar 25 meter dari situ. Peluru-peluru itu baik sampai kira-kira 300 meter sebelum jatuh kembali. Dengan total waktu terbang kirakira satu menit, kelihatan bahwa hembusan angin sangat berpengaruh terhadap lintasan peluru.
Dick Fillery

London, Inggris Waktu saya masih kanak-kanak, saya sering mengumpulkan selongsong peluru yang berasal dari senapan mesin pesawat tempur selama the Battle of Britain sebagai koleksi. Selongsong-selongsong peluru itu turun pelan-pelan dari langit karena, menurut saya, perbandingan antara massa dan luas permukaan mereka terlalu kecil. Bagaimanapun, selongsongselongsong peluru itu masih hangat sewaktu saya ambil. Sehubungan dengan itu, untuk proyektil yang kecil, misalnya peluru kaliber .303, cedera yang dialami oleh seseorang ketika menjadi tempat mendarat tidak seperti luka tembak secara langsung. Kecepatan terminalnya tidak terlalu kencang. Bagaimanapun, apabila bagian tubuh yang terkena adalah kepala misalnya, orang bisa tewas karenanya.
M. W.Evans
Inzievar, Fife, Inggris

Tidak ada komentar

GENERASI GO-BLOG. Diberdayakan oleh Blogger.