Mengapa Pria Merasa Perlu Untuk Benar Dalam Segala Hal?


Guna memahami karakteristik para pria modern ini, kita perlu melihat bagaimana dulu mereka dibesarkan sewaktu masih kanakkanak. Anak laki-laki diminta untuk bersikap tangguh, tak pernah menangis dan harus bagus dalam segala hal yang mereka kerjakan. Yang menjadi teladan mereka termasuk Superman, Batman, Spiderman, Zorro, Tarzan, James Bond, Rocky dan Phantom, yang semuanya itu adalah para pria penyendiri yang tak pernah menangis atas masalah yang mereka hadapi, akan tetapi justru mencari solusi. Dan, secara alamiah, mereka hampir tak pernah gagal menjalankan tugas itu. Kadang-kadang mereka punya pendamping yang biasanya berupa pria yang lebih kecil dan sangat jarang wanita. Jika pendamping wanita itu pun muncul, dia lebih sering mendatangkan masalah daripada sebaliknya. Batgirl, contohnya, selalu diselamatkan oleh Batman, Superman senantiasa menyelamatkan Lois Lane dari suatu kematian, Tarzan menghabiskan kebanyakan waktunya untuk berayun-ayun di rimba belantara agar supaya Jane terhindar dari bahaya, dan Phantom barangkali akan lebih cepat bergerak di jalanan bila Diana tidak menimbulkan masalah.

Para superhero itu kadang-kadang tampaknya lebih suka memiliki kuda atau anjing sebagai mitranya karena hewan memiliki sifat setia, dapat diandalkan, tak pernah membantah atau membuktikan bahwa sang hero salah. Sebagaimana halnya hampir semua stereotip pria tradisional di buku-buku dan film-film, para hero idola anak laki-laki selalu hampir tak pernah salah dan tak pernah memperlihatkan kelemahan atau emosi. Tak pernah ada Nyonya Batman atau Zorro perempuan. Lone Ranger adalah seorang pria yang tak pernah menyukai kerumunan. Kartun-kartun masih menggambarkan ketegaran pria sebagai makhluk besar berotot yang membuatnya kelihatan seperti kondom berisi kacang, memiliki suara yang dalam dan berat (testoteron tinggi). Dan hero wanita biasanya tetap berupa wanita dengan tipe boneka Barbie yang memiliki ukuran buah dada yang mustahil secara anatomis.

Pada saat seorang anak laki-laki beranjak dewasa, dia terkondisikan bahwa merasa tidak mampu melakukan sesuatu, atau memecahkan suatu masalah, berarti dia gagal sebagai seorang pria. Inilah sebabnya mengapa, tatkala seorang wanita mempertanyakan apa yang dikatakan atau dilakukan oleh seorang pria, dia bertindak defensif. Tatkala seorang wanita berkata, “Ayo berhenti dulu dan kita tanya arahnya,” si pria mendengarnya, “Kau memang payah. Ayo kita cari laki-laki lain yang lebih tahu daripada kamu.” Tatkala si wanita berkata, “Aku ingin memanggil montir untuk membetulkan mobil,” si pria mendengarnya, “Kau tak berguna. Aku akan mencari pria lain yang dapat menyelesaikan masalah ini.” Barangkali si pria tak akan merasa ragu untuk memberikan buku masakan kepada seorang wanita sebagai hadiah ulang tahun tetapi, bila seorang wanita hendak memberi hadiah buku pengembangan pribadi, si pria pasti terkejut dan jengkel. Dia akan berasumsi bahwa si wanita sedang berusaha mengatakan kepadanya bahwa dirinya tidak cukup baik sebagaimana adanya selama ini. Bahkan pergi ke seminar yang membahas tentang hubungan atau ke ruang kerja konsultan sama dengan sebuah pengakuan yang memalukan bahwa dirinya salah, dan hampir semua pria akan bersikap defensif atau agresif atas saran yang sama bahwa hal itu diperlukan. Sulit bagi pria untuk bilang “Aku minta maaf,” karena melakukan itu sama dengan mengakui bahwa dirinya salah.

Studi Kasus: Tania Dan BeniTania ingin berhenti bekerja dan menjadi seorang ibu tetapi Beni merasa bahwa mereka belum siap secara finansial. Hal ini segera menjadi bahan pertengkaran utama mereka berdua, dan mereka selalu cekcok tentang hal ini. Dengan cepat, masalah ini membuat hubungan mereka berada di tepi jurang. Pada suatu hari, Tania memberitahukan kepada Beni bahwa dia telah berkonsultasi dengan seorang konsultan keuangan untuk memecahkan situasi ekonomi mereka. Beni tak percaya atas apa yang didengarnya: Tania menginginkan orang lain untuk memecahkan masalah mereka! Jelas sekali, pikir Beni, bahwa dia tidak berpikir bahwa dirinya mampu untuk melakukan perhitungan itu sendiri. Pertengkaran mereka pun memuncak dan tiga bulan kemudian, mereka pun berpisah.

Tania merasa bahwa dia sedang menolong Beni dan meringankan tekanan atas dirinya dengan memanggil seorang konsultan keuangan. Dia berharap Beni bahagia bahwa dia mengambil tanggung jawab untuk mendapatkan seseorang yang dapat melakukan kerja dasar untuk melakukan rencana keuangan bagi bayi mereka. Beni melihatnya dengan cukup berbeda. Di matanya, Tania telah mengungkapkan bahwa dia salah mengenai masalah situasi moneter mereka, dan telah mengundang seorang penasihat untuk memperlihatkan ketidakmampuannya.

Apakah Kau Tidak Percaya Kepadaku?Ungkapan umum para pria yang tindakan mereka ditantang oleh seorang wanita adalah: “Apakah kau tidak percaya kepadaku?” Tatkala Anda mendengar kalimat ini Anda dapat memastikan bahwa Anda baru saja telah melecehkan kejantanannya. Bila dia tersesat dan sedang berusaha untuk membaca peta dan si wanita berkata, “Biar aku yang melihat peta,” dia akan berasumsi bahwa si wanita berpikir dirinya tidak mampu. Tanggapannya adalah, “Apakah kau tidak percaya kepadaku bahwa kita bisa sampai ke sana?” Bila dia kesal mendengar gonggongan anjing tetangga di malam hari dan berkata bahwa dia akan pergi ke sebelah untuk membereskannya, dan si wanita memintanya agar tidak melakukan itu karena dapat mendatangkan masalah, dia berkata, “Apakah kau tidak percaya aku dapat mengatasinya dengan baik?” Bila mereka menghadiri sebuah pesta dan si wanita memperingatkan si pria bahwa salah seorang tamu wanita memiliki reputasi sebagai pemakan pria dan agar supaya dia menghindarinya, dia berkata, “Apakah kau tidak mempercayaiku?”Dalam setiap keadaan, tanggapan si wanita adalah sama: “Aku cuma berusaha membantu!” Si wanita merasa bahwa dia sedang menunjukkan kepada si pria bahwa dia cinta dan peduli kepadanya, namun si pria melihatnya sedang mengatakan bahwa dia salah dan tak mampu menyelesaikan masalah itu sendiri.

Bagi seorang pria mendapat nasihat dari seorang wanita sama dengan bahwa si wanita itu mengatakan bahwa dia salah dan dia tak mempercayainya. Si pria menuduh si wanita selalu berusaha mengontrolnya. Si pria begitu kuat merasakan hal itu sehingga bahkan si wanita pun mulai berpikir bahwa barangkali dia adalah wanita yang bertipe mengontrol.

SolusiSeorang wanita hendaknya menghindari pendekatan apa pun terhadap seorang pria yang akan membuatnya merasa bahwa dirinya  salah. Sebagai gantinya, dia dapat membicarakan tentang bagaimana perasaannya, sebagai lawan dari bagaimana salahnya si pria. Contoh, daripada berkata, “Kau tak pernah tahu kemana sedang berjalan dan kita selalu saja telat!” si wanita dapat berkata, “Kau sudah melakukan pekerjaan yang hebat, sayang, tapi rambu-rambu di jalan ini membingungkan. Aku – aku merasa sebaiknya kita berhenti dulu dan bertanya kepada orang sini apakah dia tahu di mana belokan yang tepat.” Dengan kata lain, bukan dia yang disalahkan.

Tatkala si pria mengerti dengan benar, si wanita seyogyanya memujinya. Tatkala mereka sampai di tujuan, si wanita hendaknya mengatakan, “Trims, sayang. Kamu hebat deh bisa membuat kita sampai di sini.” Lebih baik lagi, belikan dia sebuah Sistem Navigasi Satelit – dengan cara itu dia akan selalu mendapat jawaban yang tepat.

 

 

 

 
 

Tidak ada komentar

GENERASI GO-BLOG. Diberdayakan oleh Blogger.