Mengapa Pria Senantiasa Menawarkan Solusi Dan Memberi Nasihat?


Pria yang hidup bersamaku saat ini rasanya sudah begitu kelewatan dengan sikapnya yang suka menawarkan solusi dalam segala hal. Dia menasihatiku tentang bagaimana caranya menangani segala hal dalam hidupku entah aku menginginkannya atau tidak! Tatkala aku sekadar ingin berbicara tentang hariku atau perasaanku, dia terusmenerus memotong atau menginterupsi dengan mengatakan apa yang seharusnya kulakukan, pikirkan, atau katakan. Dia memang hebat dalam masalah memecahkan masalah termasuk “dalam berbagai hal” – keran yang bocor, lampu yang tidak menyala, masalah dengan mobil atau komputer, dan sebagainya – namun bila tiba saatnya untuk mendengar, dia tidak mau. Dan bila aku tidak mengerjakan sesuai dengan “nasihatnya” dia pun jadi uring-uringan.
 
Untuk mengapresiasi mengapa pria ngotot dalam menawarkan solusi atas setiap masalah kecil, ada beberapa hal yang perlu dipahami tentang cara kerja otak pria. Kaum pria berkembang sebagai para pemburu, dan kontribusi utama mereka untuk keberlangsungan hidup ras manusia adalah kemampuan dalam hal membidik sasaran yang sedang bergerak sehingga setiap orang bisa makan. Mereka perlu membidik dengan tepat hewan buruan atau musuh yang ingin mencuri makanan itu atau mengancam keluarga mereka. Hasilnya, otak mereka berkembang dengan area membidik sasaran yang disebut area “pandang ruang” yang memungkinkan mereka untuk menjalankan seluruh nalar mereka agar dapat bertahan hidup: membidik sasaran dan memecahkan masalah. Mereka menjadi orang-orang yang berorientasi hasil yang mengukur kesuksesan diri mereka dengan hasil-hasil, pencapaian-pencapaian, dan kemampuan mereka dalam hal menawarkan solusi atas masalah. Konsekuensinya, seorang pria masih mendefinisikan siapa dirinya dan harga dirinya dengan kemampuannya dalam memecahkan masalah dan pencapaian-pencapaiannya.
 
Nilai pada diri seorang pria didefinisikan dengan hasil-hasil yang dapat dicapainya atau dengan bagaimana dia dapat membidik dengan akurat seekor zebra yang sedang bergerak. Inilah sebabnya mengapa pria suka mengenakan seragam dan topi dengan tanda pangkat dan lencana yang memperlihatkan kompetensi mereka atau mencerminkan kemampuan memecahkan masalah yang mereka miliki. Seorang pria merasa bahwa dialah satusatunya orang yang paling mampu memecahkan masalahnya sendiri dan tidak melihat ada perlunya untuk membahasnya dengan orang lain. Dia hanya akan menanyakan pendapat orang lain tentang suatu masalah bila dia merasa membutuhkan pendapat dari seorang ahli dan dia memandang hal ini sebagai sebuah langkah yang cerdas dan strategis. Di sisi lain, pria yang ditanyai pendapatnya merasa terhormat dengan adanya pertanyaan tersebut.
 
Bila seorang pria meminta nasihat dari seorang pria lainnya, pria yang dimintai nasihat melihat permintaan ini sebagai sebuah sanjungan. Konsekuensinya, bila seorang wanita menawarkan nasihat kepada seorang pria tatkala dia tidak memintanya maka akan dipandang olehnya sebagai suatu pernyataan dari si wanita itu bahwa dirinya tidak kompeten karena tidak dapat memecahkan masalahnya sendiri. Seorang pria memandang bahwa meminta nasihat adalah sebuah kelemahan karena dia merasa dia seharusnya memecahkan masalahnya sendiri dan inilah sebabnya mengapa dia jarang membicarakan tentang apa yang sedang mengganggunya.

Pria suka menawarkan nasihat dan solusi kepada orang lain, namun nasihat yang tidak diminta, terutama dari seorang wanita, tidak disambut. Kenapa Wanita Jadi Kesal Atas Solusi Yang Ditawarkan Pria Otak wanita diorganisasikan untuk berkomunikasi dengan cara bercakap-cakap dan tujuan utama dari bercakap-cakap adalah semata-mata untuk percakapan itu saja. Bagi sebagian besar wanita, dia tidak sedang mencari jawaban dan tidak membutuhkan solusi. Di sinilah timbul masalah bagi kebanyakan pasangan. Pada penghujung hari wanita biasanya ingin berbincang tentang peristiwa-peristiwa yang dialaminya seharian itu dan untuk berbagi perasaannya, namun si pria berpikir bahwa si wanita sedang melimpahkan masalahmasalahnya kepadanya untuk dibenahi dan mulai menawarkan solusi.
 
Si wanita pun menjadi gerah karena si pria tidak mau mendengar pembicaraannya, dan si pria pun menjadi jengkel karena si wanita tidak mau menerima solusi yang ditawarkannya. “Kenapa kau tidak diam saja dan mendengarkan?” teriak si wanita sambil pergi ke arah pintu. “Kalau kau tidak mau menerima pendapatku,” kata si pria berteriak balik sewaktu daun pintu dihempaskan di balik punggung si wanita, “jangan memintanya!” Masingmasing merasa yang lainnya tidak menghargai apa yang mereka katakan.
 
Tatkala pihak wanita ingin agar pihak pria memperlihatkan empati, pihak pria berpikir bahwa pihak wanita sedang meminta solusi kepadanya. Pihak pria berpikir dia sedang perhatian dan mencurahkan rasa cintanya dengan membantu memecahkan masalah-masalah pihak wanita, pihak wanita berpikir bahwa pihak pria cuek atau meremehkan perasaannya dengan sikapnya yang tidak mau mendengarkan.
 
Studi Kasus: Lia Dan Doni

Lia sudah melewati hari yang berat di tempat kerjanya: tadi bosnya ada di belakangnya, dia disalahkan atas kecerobohan administrasi yang dibuatnya, dia kehilangan dompetnya dan kukunya patah. Dia merasa dunia ini runtuh dan ingin bercakap-cakap dengan Doni tentang hal itu sesampainya di rumah nanti.
 
Dia menelepon Doni untuk mencari tahu kapan dia akan pulang, dan menyiapkan makan malam yang enak dengan harapan mereka akan melakukan percakapan dari hati ke hati yang lama sambil makan. Pasti Doni nanti akan penuh cinta dan simpatik. Lia akan bisa mencurahkan isi hatinya kepada seseorang yang peduli dan dia tahu hasilnya nanti dia akan merasa menjadi lebih baik lagi. Lia ingin Doni mendengarnya, membuat dirinya merasa dicintai dan dipahami, dan memberikan kepastian kepada dirinya bahwa dia akan dapat memecahkan masalah-masalahnya.
 
Namun Doni pun mengalami hari yang berat. Dia meninggalkan pekerjaan dengan sekian banyak masalah utama yang masih belum terselesaikan sehingga dia perlu merampungkannya sebelum dia kembali lagi ke tempat kerja keesokan harinya. Sementara dia mengemudi mobil pulang ke rumah, pikirannya sedang bekerja mencari solusi. Dia tahu dari teleponnya tadi bahwa Lia pun mengalami hari yang buruk, namun dia sungguh memerlukan waktu luang untuk menapis masalahnya sendiri.
 
Sesampainya di rumah, dia menyapa singkat “Hai” kepada Lia dan kemudian duduk untuk menonton berita di layar TV. Lia memeriksa makanan dan memberitahu Doni bahwa makan malam akan siap dalam waktu lima belas menit. Doni berpikir, “Sip!
Lima belas menit waktu tenang sebelum kita makan.” Lia berpikir, “Sip!
Lima belas menit untuk mulai mengobrol sebelum kita makan.”
Lia: “Bagaimana harimu, sayang?”
Doni: “Baik.”
Lia: “Tadi aku mengalami hari paling buruk dalam hidupku dan aku tidak tahan lagi!”
Doni: (masih sambil melihat separo ke berita di layar TV) “Kamu tidak tahan lagi tentang apa?”
Lia: “Bos tadi benar-benar membuat hariku jadi berat. Waktu aku sampai di kantor tadi pagi dia berjalan ke tempatku untuk mencek kualitas pekerjaanku dan menanyai dengan sikap penasaran mengapa aku belum juga merampungkan kampanye periklanan yang baru. Lalu dia bilang bahwa dia ingin hal ini dirampungkan pada akhir pekan ini dan bahwa dia sudah menjadwalkan pihak klien untuk datang hari Senin dan melihat apa yang telah kami lakukan. Tatkala aku berusaha menjelaskan bahwa hal itu belum selesai karena aku masih mengerjakan proyek Seinfeld yang dulu katanya mendesak kepadaku, dan bahwa aku tidak punya waktu untuk merampungkan kedua proyek itu dengan begitu cepatnya, dia memotong penjelasanku dan berkata bahwa dia tidak mau lagi mendengar alasan apa pun dan hanya ingin kampanye itu sudah berada di atas mejanya sebelum aku selesai kerja Jum’at besok. Bisakah kamu percaya itu? Dia tidak mau mendengarku . . . (menjadi kesal) . . . lalu dia mengubah pokok pembicaraan dan berkata bahwa dia akan menjumpaiku jam enam malam hari Jum’at untuk meneliti kembali perubahan-perubahan pada menit-menit terakhir. Aku rasanya pengin berhenti kerja aja. Kupikir aku sudah tidak tahan lagi . . .”
Doni: “Ini masalah sederhana, Lia . . . yang mestinya kamu lakukan adalah tetap pada prinsipmu dan katakan padanya bahwa kamu tidak dapat merampungkan kedua proyek itu dan tanyakan yang mana baginya yang ingin dirampungkan lebih dulu? Pergilah besok dan katakan padanya bahwa tenggat waktu yang diberikannya itu adalah mustahil dan dia perlu menyesuaikannya atau mencari orang lain untuk membantumu dengan kedua proyek itu.”
Lia: (menjadi emosional) “Sungguh aku tidak percaya kamu begitu! Aku sedang menceritakan kepadamu tentang bos ini yang memberiku perintah begini-begitu dan tidak pernah mau mendengar, dan kemudian kamu mulai mengatakan kepadaku apa yang harus kulakukan. Kenapa kamu tidak bisa
mendengarkanku saja? Aku muak dengan para pria yang selalu merasa sok tahu.”
Doni: “Ayolah, Lia. Bila kamu nggak mau mendengar pendapatku, maka berhentilah menceritakan kepadaku masalah-masalahmu. Selesaikanlah sendiri dan berhentilah mengeluh kepadaku tentang itu! Aku sendiri sudah cukup dengan masalahmasalahku yang selalu kuselesaikan sendiri!”
Lia: (hampir menangis) “Oke, kamu bisa pergi! Aku akan mencari orang lain yang mau mendengarku dan yang tidak akan mengatakan kepadaku bahwa apa yang sudah kulakukan salah!
Kamu bisa makan malam sendiri! Aku pergi dan tidak tahu kapan akan kembali!”
Bagi para pria dan wanita di seluruh dunia, ini adalah suatu suasana yang sudah terlalu lumrah. Pada akhirnya, Lia merasa murung, tidak dicintai, dan terluka. Doni merasa tidak dihargai dan bingung karena Lia baru saja mengkritik keahlian nomor satunya: memecahkan masalah.
Bagaimana Doni Semestinya Menangani Hal Ini Dengan Lebih Baik?
Mari kita putar ulang adegan ini dan melihat bagaimana Doni dapat menghindari malam yang buruk seperti ini.
Lia: “Bagaimana harimu, sayang?”
Doni: “Baik. Aku punya sedikit masalah pekerjaan untuk diselesaikan sampai besok pagi; keadaannya akan jauh lebih baik setelah aku tinggal tidur.”
Lia: “Tadi aku mengalami hari paling buruk dalam hidupku dan aku tidak tahan lagi!”
Doni: “Oh tidak. Kasihan deh kamu! Coba ceritakan padaku semuanya, namun tolong beri aku waktu lima belas menit untuk sendirian dulu memikirkan masalah di kantorku, setelah itu baru aku bisa memberikan perhatianku sepenuhnya pada waktu makan malam.”
Lia: “Oke . . . aku akan mengecek makanannya dan memanggilmu kalau sudah siap. Mau segelas anggur sekarang?” Doni: “Trims, sayang . . . aku mau.”
Dengan Doni meminta waktu luang dan Lia memberikannya, kini Doni memiliki waktu dan ruang untuk dirinya sendiri dan memikirkan masalah-masalahnya sendiri. Lia merasa tentram dan bahagia bahwa Doni akan ada bersamanya pada waktu makan malam nanti di mana dia bisa mengeluarkan uneg-uneg yang menyesakkan dadanya dan merasa hidup ini jadi lebih baik.
 
Berikut adalah bagaimana suasananya ketika makan malam
berlangsung:
Lia: “Bos tadi benar-benar membuat hariku jadi berat. Waktu aku sampai di kantor tadi pagi dia berjalan ke tempatku untuk mengecek kualitas pekerjaanku dan menanyai dengan sikap penasaran mengapa aku belum juga merampungkan kampanye periklanan yang baru. Lalu dia bilang bahwa dia ingin hal ini dirampungkan pada akhir pekan ini dan bahwa dia sudah menjadwalkan pihak klien untuk datang hari Senin dan melihat apa yang telah kami lakukan. Tatkala aku berusaha menjelaskan
bahwa hal itu belum selesai karena aku masih mengerjakan proyek Seinfeld yang dulu katanya mendesak . . .
Doni: (menunjukkan perhatian di wajahnya) “Sayang . . . kok sampai begitu sih. Apakah dia tidak tahu bagaimana kerasnya kamu telah bekerja selama ini? Kamu kelihatan sampai begitu stres . .
.”
Lia: “Coba kamu bayangkan betapa stresnya aku! Oh ya, aku mulai menerangkan bahwa proyek itu belum rampung karena proyek dari Seinfeld begitu menguras waktu. Namun di tengah-tengah penjelasanku dia memotong dan bilang bahwa dia tidak mau mendengar alasan apa pun dan ingin agar kampanye itu sudah ada di atas mejanya sebelum aku pulang kerja Jum’at besok! Percaya nggak?”
Doni: (tampak prihatin dan menahan diri untuk tidak memberikan nasihat) “Sepertinya dia memang membuatmu berada dalam keadaan yang berat . . .”
Lia: “Dia cuma tidak mau mendengarkanku . . . dia mengubah pokok pembicaraan dan berkata bahwa dia akan menjumpaiku jam enam Jum’at malam untuk meneliti kembali perubahanperubahan pada menit-menit terakhir. Aku begitu stress dan rasanya pengin berhenti kerja aja . . .”
Doni: (sambil merangkulnya) “Kamu tadi memang mengalami hari yang sangat berat, sayang. Kamu sekarang pengin apa?”
Lia: “Aku ingin tidur saja malam ini dan bangun pagi besok dan bila aku tidak merasa lebih baik, aku sungguh ingin kamu membantuku bagaimana menanganinya. Aku hanya begitu kecapekan dan tertekan untuk membahasnya malam ini. Trims ya karena mau mendengarkanku, sayang. Aku sekarang merasa jauh lebih baikan . . .”
Dengan tidak langsung menawarkan solusi, Doni menghindari sebuah pertengkaran, mendapat segelas anggur, dan tidak berakhir dengan tidur sendirian di atas balai-balai. Dengan memberi Doni waktu untuk dirinya sendiri, Lia menghindari pertengkaran yang biasanya, dan merasa bahagia tentang dirinya dan hidupnya.
 
Berbisnis Dengan Lawan Jenis
Pria dan wanita berbisnis dengan cara yang amat berbeda, dan bila salah satu pihak tidak memahami sepenuhnya implikasi dari hal itu, maka hubungan bisnis mereka akan terbukti secara finansial dalam bahaya. Wanita pertama-tama ingin membangun sebuah hubungan pribadi dengan seorang pria sebelum melangkah maju ke bisnis, dengan mengobrol berbagai macam hal, seringkali dalam tataran yang cukup pribadi, sebagai suatu cara untuk melihat-lihat orang seperti apakah si pria dan apakah dia tampak memiliki sifat amanah. Pria seringkali benar-benar salah dalam memahami pendekatan ini. Parahnya lagi, sebagian berpikir bahwa pihak wanita mungkin mendatanginya untuk keperluan seks; yang terbaik hampir semuanya berasumsi bahwa pihak wanita sedang meminta nasihat atas masalah-masalah yang sedang dihadapinya. Lalu para pria itu pun merasa punya pembenaran untuk menawarkan solusi, dan mengatakan kepadanya apa yang seharusnya dia kerjakan, pikirkan, atau katakan.
 
Pihak wanita sangat membenci hal ini. Dia cenderung untuk mencatat si pria sebagai orang yang tidak mau mendengar dan yang tidak akan memberikan banyak perhatian kepadanya bila mereka berbisnis bersama. Si wanita makin ragu untuk berurusan dengannya, meninggalkan si pria kebingungan bahwa hubungan bisnis mereka tidak berjalan. Seorang pria perlu memahami bahwa, bahkan dalam urusan bisnis pun, seorang wanita lebih mudah untuk diajak bila dia telah menempa sebuah hubungan pribadi terlebih dahulu. Sedangkan seorang wanita perlu memahami bahwa bagi seorang pria rasanya tidak mudah untuk membahas informasi pribadi, dan lebih suka untuk langsung saja ke urusan bisnis. Manakala kedua belah pihak memahami hal ini, keduanya akan lebih bersedia untuk berkompromi yang mengarah ke suatu hubungan bisnis yang jauh lebih kuat dalam jangka panjang.
 
Bagaimana Menghindari Pertengkaran Dengan Lawan Jenis
Bila seorang wanita kesal atau stres dan butuh bicara, sebuah teknik yang sederhana untuk dikatakan kepada seorang pria, “Aku perlu bicara denganmu tentang beberapa hal. Aku tidak butuh solusi apa pun, aku cuma ingin kamu mendengarkanku.” Seorang pria akan bergembira dengan pendekatan ini karena dia tahu betul apa yang mesti dia lakukan.
 
Solusi
Bila seorang wanita sedang bicara, dan seorang pria tidak tahu apakah dia sedang meminta solusi atau sekadar bicara saja, si pria dapat menemukan jawabannya cukup dengan bertanya, “Apakah kamu ingin aku mendengar sebagai seorang pria atau wanita?” Bila pihak wanita menginginkan dia mendengar sebagai seorang wanita, si pria hanya harus mendengar. Bila pihak wanita ingin si pria mendengar sebagai seorang pria, maka si pria dapat menawarkan solusi. Dengan menggunakan salah satu dari kedua cara itu, mereka berdua akan merasa senang karena masing-masing memahami apa yang diinginkan dari dirinya. Seorang wanita biasanya ingin didengarkan, bukan dibenarkan.
 
Ringkas kata, pemberian nasihat dirasakan berbeda oleh pria dan wanita. Seorang pria memandang bahwa dengan memberikan nasihat adalah bentuk perhatian dan memperlihatkan rasa cinta, namun seorang wanita dapat menafsirkannya bahwa si pria tidak mau mendengar. Pelajaran yang ada di sini sederhana namun kuat. Bagi seorang pria, menyimak dengan empati, khususnya bila seorang wanita sedang kesal dan, bila si pria tidak yakin apa yang diinginkan oleh si wanita darinya, maka bertanyalah. Bagi seorang wanita, jelaskan apa yang Anda harapkan dari pihak pria yang sedang Anda jadikan tempat untuk menumpahkan beban Anda.

Tidak ada komentar

GENERASI GO-BLOG. Diberdayakan oleh Blogger.