Mengapa Pria Begitu Keranjingan Olah Raga?


Selama ribuan tahun, para pria pergi berburu dengan sekelompok pria lainnya sementara para wanita akan mengumpulkan makanan dan mengasuh anakanak. Para pria berlari-lari, mengejar, melacak jejak dan menggunakan keahlian spasial mereka untuk menangkap makanan namun, hingga akhir abad ke-18, teknik-teknik pertanian yang sudah maju tetap saja tidak menghilangkan kemampuan dinamis ini. Antara tahun 1800 dan 1900 M, para pria menemukan hampir semua olah raga bola modern yang ada pada hari ini sebagai ganti dari kegiatan berburu mereka. Sewaktu masih kanak-kanak, anak-anak wanita memiliki boneka untuk latihan mengasuh anak dan anak laki-laki menendang dan mengejar bola sebagai latihan “berburu”. Sebagai orang dewasa, para wanita mengganti boneka mereka dengan anak-anak, namun para pria masih menendang bola. Maka dalam kenyataannya, tak banyak yang berubah dalam ratusan ribu tahun pria masih berburu dan wanita masih mengasuh anak.

Dengan menjadi pengikut setia tim olah raga kesayangannya, seorang pria sekali lagi dapat menjadi anggota kelompok berburu. Tatkala dia menonton pahlawannya di lapangan dia berfantasi dirinya sendirilah yang melakukan tembakan itu dan mencetak angka. Pria dapat menjadi begitu emosional tatkala mereka menonton sepak bola sehingga mereka merasa seakan-akan mereka sedang ikut bermain sungguhan di sana. Otak mereka membuat perkiraan atas kecepatan, sudut, dan arah bola dan mereka berteriak gembira kapanpun “pembunuhan” terjadi.

Olah raga memungkinkan seorang pria untuk menjadi bagian dari kelompok berburu.

Mereka melecehkan sang wasit dengan kata-kata (walaupun sang wasit tak mendengarnya) tatkala mereka tidak setuju dengan sebuah keputusan – “Kamu sebut itu pelanggaran?! Kamu idiot! Beli kacamata!!!” Mereka dapat mengenang skor dan mengingatnya, dengan rincian yang begitu hidup, gol-gol yang tercipta dalam permainan bertahun-tahun yang lalu dan dapat hampir menangis tatkala mendiskusikan apa yang seharusnya dilakukan oleh sang pemain dan hasil yang seharusnya terjadi. Misalnya, setelah Inggris menang dalam Piala Dunia tahun 1966 melawan Jerman, hampir tak ada satu pun lakilaki di Inggris yang tak dapat menyebut nama-nama para pemain, gol-gol yang hampir mereka buat dan kesalahankesalahan taktis yang terjadi. Ini adalah eahlian yang luar biasa, namun mereka masih tidak tahu nama-nama keponakannya, tetangganya atau tanggal berapa Hari Ibu dirayakan.

Para pria dapat merasa ditaklukkan oleh emosi tatkala sedang nonton olah raga namun jarang yang terlibat dalam hubungan yang emosional.

Mengemudi mobil hampir seluruhnya adalah sebuah keahlian spasial. Kecepatan, sudut, cara menepi, berpindah gigi, bergabung dan mendorong adalah sorga bagi para pria. Para pria begitu terobsesi dengan mengemudi. Mereka akan menonton pria lain di televisi yang sedang mengemudi mobil balap di sirkuit selama berjam-jam hingga selesai. Pria yang sedang nonton pertandingan tinju akan ikut-ikutan mengepalkan telapak tangannya dan tampak seperti sungguh-sungguh merasakan sakit tatkala seorang petinju mendapat pukulan di bawah perutnya.
 
Pria dapat begitu terobsesi dengan menonton olah raga sehingga mereka juga suka menonton atau ikut serta dalam sembarang tantangan yang tak jelas juntrungannya. Ini dapat berupa lomba minum di mana sang pemenang adalah laki-laki terakhir yang sanggup bertahan, turnamen “Perut Gendut” di mana para pria yang perutnya gendut karena kebanyakan minum bir saling tantang satu sama lain, balapan sepeda di atas es, atau acara yang melibatkan membangun sebuah pesawat aneh di mana para pria mengikatkan diri di atasnya sebelum meloncat dari sebuah jembatan ke dalam sungai untuk melihat apa yang terjadi. Dapat ditebak, jarang sekali wanita yang tertarik dengan jenis-jenis “olah raga” seperti ini.

Istriku bilang bahwa bila aku tidak berhenti terobsesi dengan New York Yankees, dia akan meninggalkanku. Ah... aku benar-benar akan kehilangan dia.”
Dunia ini telah menjadi sebuah tempat yang membingungkan bagi para pria – keahlian utama yang menyangkut otak mereka kini telah begitu mudah didapatkan dan para wanita menyerang mereka dari segala arah. Para pria tidak lagi memiliki spesifikasi yang jelas tentang apa yang diharapkan dari mereka atau suatu teladan yang jelas untuk diikuti. Olah raga selama ini telah menjadi kegiatan yang konsisten di mana seorang pria sekali lagi dapat merasa menjadi bagian dari sebuah tim; tak seorang pun yang berusaha untuk mengubahnya atau mengkritiknya dan dia dapat merasa sukses tatkala timnya menang, suatu perasaan yang tak lagi didapatinya melalui pekerjaannya. Ini menjelaskan mengapa pria yang bekerja dalam karir yang repetitif atau rutin adalah pengikut olah raga terbesar namun mereka yang menggambarkan bahwa pekerjaan mereka sangat menyenangkan dan memuaskan adalah pihak yang paling kurang berminat pada olah raga. Ini juga mengapa seorang pria akan membeli seperangkat stik golf baru daripada meja makan yang jauh lebih dibutuhkan, dan lebih suka pada musim sepak bola daripada liburan keluarga di Prancis.

Solusi 

Bila pasangan Anda terobsesi dengan sebuah olah raga atau hobi, Anda punya dua pilihan. Pertama, ikut terlibat. Pelajari minatnya dan milikilah pengetahuan tentang itu. Pergilah ke suatu pertandingan bersamanya dan Anda akan terkejut betapa banyaknya “janda-janda olah raga” lainnya juga ikut pergi dan menikmati segisegi sosial dari acara olah raga. Bahkan kalau Anda masih juga tidak merasa tertarik, semua orang lain yang ada di sana akan terkesan dengan pengertian Anda dan Anda mendapat banyak kenalan baru.

Kedua, gunakan obsesi olah raganya sebagai sebuah peluang positif untuk mengisi waktu dengan teman-teman atau keluarga Anda, pergi berbelanja, atau memulai hobi baru Anda sendiri. Tatkala ada acara olah raga besar, jadikan itu kesempatan istimewa bagi pria Anda. Biar dia tahu betapa Anda mengapresiasi pentingnya hal itu. Jangan bertengkar atau bersaing dengan olah raga atau hobi seorang pria. Bergabunglah dengannya, atau gunakan waktu yang tersedia untuk melakukan sesuatu yang positif bagi diri Anda.
 
 

Tidak ada komentar

GENERASI GO-BLOG. Diberdayakan oleh Blogger.