UNBK, UJIAN INTEGRITAS DAN IDENTITAS BANGSA



Tahun ini (2018) Ujian Nasional akan diadakan seperti tahun sebelumnya yaitu dengan sistem komputer dan dijadwalkan dimulai pada awal bulan April untuk jenjang SMA/MA/SMK. Sedangkan untuk jenjang SMP/MTs dijadwalkan pada akhir bulan April.
            UNBK adalah sebuah langkah untuk mencapai ekspektasi sistem pendidikan yang modern dan juga jawaban pemerintah atas pertanyaan, “Metode ujian seperti apa yang valid digunakan sebagai tolak ukur dan evaluasi terhadap indeks integritas siswa, serta meminimalisir tindak kecurangan.?”. Bagaimanapun, ujian sangat penting dalam mengetahui sampai dimana kualitas Sumber Daya Manusia sebuah bangsa, terlepas dari apapun metode ujiannya, baik ujian dengan menggunakan kertas-pensil atau pun berbasis komputer.
            Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa UNBK merupakan jalan alternatif dalam menata sistem pendidikan Indonesia yang lebih baik, jujur dan berintegritas. Bahkan, menurut Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Puspendik Kemendikbud) Nizam pernah mengatakan, ujian CBT yang dipakai di Indonesia merupakan yang pertama di antara berbagai negara di dunia, bahkan menurutnya Australia dan Britania Raya baru akan menerapkan ujian nasional berbasis komputer pada tahun 2019 dan 2020.
Dikutip dari laman website Kemdikbud Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) disebut juga Computer Based Test (CBT) adalah sistem pelaksanaan ujian nasional dengan menggunakan komputer sebagai media ujiannya. Penyelenggaraan UNBK pertama kali dilaksanakan pada tahun 2014 secara online dan terbatas di SMP Indonesia Singapura dan SMP Indonesia Kuala Lumpur (SIKL). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) baru menerapkan UNBK di sekolah-sekolah unggulan terpilih pada tahun 2015. Karena merasa cukup puas dengan hasilnya, Kemendikbud pun memutuskan untuk kembali menerapkan UNBK pada tahun 2015 silam.
Sistem penyelenggaraan UNBK saat ini menggunakan sistem semi-online yaitu soal dikirim dari server pusat secara online melalui jaringan (sinkronisasi) ke server lokal (sekolah), kemudian ujian siswa dilayani oleh server lokal (sekolah) secara offline. Selanjutnya hasil ujian dikirim kembali dari server lokal (sekolah) ke server pusat secara online (upload).

Penerapan UNBK memang telah dilakukan dengan cara bertahap. Pada Tahun ini (2018), pemerintah menerapkan target 100% untuk jenjang SMA/SMK, sedangkan untuk jenjang SMP/MTs dan sederajat ditargetkan 80% untuk UNBK. Masalah utamanya adalah keterbatasan jumlah komputer yang terjadi pada beberapa sekolah. Bagaimana pun caranya, SMA diharapkan untuk berkreasi. Misalnya, bagi sekolah yang komputernya belum ada/cukup diharapkan untuk menumpang dan bergabung dengan sekolah lainnya.
 Dampak positif dari UNBK selain meminimalisir kecurangan ialah, jika selama ini kertas digunakan sebagai media ujian, pasti sekolah atau pemerintah harus punya anggaran dana yang lebih besar untuk mencetak kertas soal, mencetak kertas jawaban, hingga biaya pendistribusian soal UN. Dengan UNBK, anggaran-anggaran tersebut bisa disimpan untuk kebutuhan lainnya. Selain itu hasil UN juga bisa diketahui secara cepat karena semua proses evaluasi dilakukan melalui sistem yang terotomatisasi. Pemeriksaan tidak lagi dilakukan dengan cara manual yang harus mengirim berkas ujian ke provinsi atau pusat sehingga memakan waktu lama dan bahkan kertas soal dan jawaban rentan rusak dalam proses pengangkutan.
Selama ini, pihak-pihak yang menolak ujian berbasis komputer adalah orangtua siswa, guru maupun pihak-pihak tertentu yang menganggap ujian berbasis komputer belum siap diterapkan di Indonesia. Alasannya adalah karena bebrapa sekolah masih terkendala fasilitas dan sarana prasarana. Rata-rata sekolah khususnya di daerah pedalaman belum memiliki bandwidth yang mumpuni untuk menyelenggarakan UNBK. Sedangkan untuk mengunduh soal dibutuhkan minimal kecepatan internet lima mega byte per sekon (Mbps). Selain itu, keterbatasan jumlah komputer sekolah yang belum cukup. Jika sekolah hanya memiliki satu lab komputer dengan jumlah 30 unit komputer tentu tidak memungkinkan apabila jumlah siswa per sekolah rata-rata 100 - 300 murid. Idealnya, untuk menyelenggarakan UNBK  sebuah sekolah harus memiliki 100 unit komputer karena rasio proporsional yaitu  3:1 untuk siswa dan komputer tak sesuai. Dengan jumlah tersebut, pelaksanaan UNBK bisa dilaksanakan sebanyak dua hingga tiga sesi dalam sehari. Kabar menariknya, banyak sekolah kemudian mewajibkan siswa untuk memiliki laptop pribadi untuk menutupi kekurangan komputer sekolah. Bahkan, USBN BK beberapa sekolah kemarin menggunakan smartphone siswa sebagai pengganti perangkat komputer.

Selain masalah sarana, kendala yang paling mendasar adalah masih kurangnya SDM (operator dan teknisi) sekolah yang belum mengerti teknologi yang berbasis komputer. Memang kemudian dilakukan sebuah pelatihan khusus bagi operator dan teknisi sekolah, namun bimbingan yang istant tentu belum dapat menghasilkan keahlian yang mumpuni.

Kondisi psikis siswa juga perlu dipertimbangkan. Siswa yang sama sekali  belum pernah menjalani ujian dengan menggunakan perangkat komputer rentan mengalami rasa cemas. Kecemasan tersebut timbul, karena mereka merasa belum siap dengan ujian berbasis komputer. Hal ini dapat menggoncangkan mental siswa dan akan berperngaruh terhadap proses hingga hasil ujian terutama sekolah yang mengadakan ujian perdana, sehingga tidaklah mengherankan jika perasaan takut dan khawatir menyelimuti siswa dan guru di sekolah. Bagi sekolah yang sebelumnya telah melaksanakan UNBK, tentu hal tersebut tidak terlalu menjadi sebuah masalah. Namun kegugupan akan dirasakan oleh sekolah yang sebelumnya belum pernah melaksanakan UNBK. Hal tersebut diakui oleh beberapa siswa yang telah mengikuti simulasi UNBK dan USBN berbasis komputer (USBN BK) mengeluhkan bahwa proses ujian melalui monitor membuat mereka gugup dan susah berkonsentrasi karena sifat media yang sangat berbeda dengan ujian melalui kertas-pensil yang mana dapat dipegang, dibaca dan dicoret-coret sedangkan jika melalui monitor hanya dapat dipandang, sehingga siswa merasakan ujian yang tidak efektif dan tentu hasil ujian yang mereka dapatkan masih jauh dari ekspektasi siswa.

Beberapa Psikolog menilai bahwa belajar dengan menggunakan buku teks lebih efektif karena tangkapan memorinya jangka panjang dan akan bertahan lebih lama. Komputer sekarang memang menjadi andalan bagi para pelajar untuk memudahkan mereka dalam mengerjakan tugas dibanding memakai buku teks. Salah satu alasannya, pencahayaan komputer membuat perhatian seseorang lebih besar. Namun di saat yang sama, konsentrasi mereka juga lebih mudah hilang saat memakai komputer. Sehingga apa yang sudah disimpan di memori cepat hilang.

Namun, bagaimanapun UNBK masih tetap harus dilaksanakan demi terciptanya sistem pendidikan yang menuju ke arah yang lebih baik. Saat ini anggaran untuk pendidikan memang telah ditingkatkan dari tahun ke tahun oleh pemerintah pusat, namun pemerataan anggaran belum dirasakan oleh sekolah-sekolah di daerah yang tepencil. Penyaluran anggaran pendidikan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang harus merata, sehingga sarana dan prasarana berkualitas sesuai dengan spesifikasi dan kualitas yang telah dianggarkan oleh Pemerintah Pusat.

Selanjutnya, melakukan sosialisasi mengenai persiapan UNBK kepada pihak sekolah dengan lebih menekankan terhadap kesiapan mental siswa. Penguatan psikologis siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan pemahaman mulai dari persiapan teknis dan cara belajar yang rutin melakukan praktek ujian melalui media komputer.





Tidak ada komentar

GENERASI GO-BLOG. Diberdayakan oleh Blogger.