Contoh Logical Fallacy #2


Berikut contoh Logical Fallacy di sekitar kita :

1. Strawman – Membuat interpretasi yang salah dari argumen orang lain agar lebih mudah diserang. Membuat interpretasi yang salah tentang argumen agar mudah dipatahkan.
contoh:
1. Ibu: “Dek, sudah dulu main komputernya. Akhir-akhir ini ade terlalu sering main komputer.”
ade: “Jadi ibu ingin saya berhenti main komputer selamanya? Ingin saya terus-terusan belajar
sampai stress gitu? Ibu jahat!”
2. (A) Seorang muslim harus penuh kasih sayang, meniru sifat Allah yakni Arrahman dan Arrahim. (B) Tidak ada yang bisa menyamai Allah, laitsa kamitslihi syaiun,..
Dalam contoh tersebut, si (B) telah melakukan Logical Fallacy

2. False Cause – Menyambungkan hal yang terjadi bersamaan sebagai hubungan sebab-akibat namun tidak berkaitan.
contoh:
1. Premanisme di negara X meningkat dari tahun 2011-2013. Di saat bersamaan, rata-rata Indeks Prestasi (IP) mahasiswa di negara X itu juga terus menaik. Jadi, tingginya IP menyebabkan tingginya premanisme.
2. A pergi ke masjid, saat itu banyak sandal hilang, padahal biasanya tidak.3. Harga sepatu lebih mahal pada tahun 2015, sedangkan tahun tsb angka perceraian meningkat. Kesimpulannya, tingginya harga sepatu meningkatkan angka perceraian.
3. Appeal To Emotion – Menggunakan manipulasi perasaan (emosi) seseorang dalam berargumen daripada membuat argumen yang logis atau mengedepankan sisi emosi daripada kenyataan.
contoh:
1. A : “Pejabat partai A menjadi tersangka korupsi!”
    B : “Tidak mungkin, dia orang baik. Lihat saja dia sering menyumbang ke orang-orang miskin.”
2. A : Kamu mengaji sana biar hidupmu tenang
    B : Jadi kau fikir selama ini hidupku gak tenang?
4. The Fallacy Fallacy – Karena argumentasinya menggunakan pola karena seseorang melakukan logical fallacy dalam memperkuat argumennya, maka argumen itu pasti salah.
contoh:
Jim mengatakan bahwa merokok itu berbahaya karena dapat menyebabkan diare. Hal ini tentu saja salah dan Andy membantahnya. Andy berkesimpulan bahwa merokok itu menyehatkan.

5. Slippery Slope – Membayangkan efek yang melebar dari sebuah argumen. Kita tidak setuju dengan kejadian A karena kekhawatiran jika dibiarkan akan muncul kejadian B, C, D, E, dan seterusnya sampai Z dengan pola pikir yang tidak berpola benar.
contoh:
1. Kalau kita membolehkan perkawinan gay, lama-kelamaan kita akan membolehkan pernikahan dengan orangtua, saudara kandung, dan binatang.
2. Toleransi itu haram, kalau sekarang kita baikan dengan orang kafir, lama-lama anak kita menjadi kafir, generasi penerus kita menjadi kafir, bla bla bla.
3. Jika presiden melakukan kerjasama dengan negara X, maka negara ini akan menjadi bangkrut, teracuni oleh paham sesat, dan akan dipecah belah untuk terjadinya perang saudara.
Pernyataan ini merupakan pernyataan yang dikembangkan tanpa pola yang jelas sehingga termasuk logical fallacy. Permasalahan yang sebenarnya bukan pada kerjasamanya tetapi pada bagaimana kerjasama yang dijalinnya. Pemunculan kekhawatiran akan fenomena-fenomena lain yang disebutkan, tidak dikembangkan dari fakta yang ada.
Namun demikian, pemikiran yang mirip dengan pola slippery slope bisa juga tidak bermakna fallacy, dan justru merupakan sebuah ketajaman pemikiran. Contoh: Jika tidak menurunkan kecepatan sekarang, mobil ini akan akan mengalami selip dan menabrak tebing di belokan yang ada di depan.
Pernyataan ini merupakan bentuk kekhawatiran yang logis, atau bahkan merupakan suatu pengetahuan akan pola yang akan terjadi akibat sebuah pengalaman seseorang yang memahami tentang sifat mobil dan hukum-hukum fisika sehingga yang dikatakannya tidak bersifat mengada-ada, dan termasuk dalam suatu prediksi.
 
6. Ad Hominem – Menyerang personality traits atau karakter seseorang dalam berargumen daripada membalas argumen tersebut. Argumentasi disusun bukan dengan menyerang argumen lawan tetapi menyerang pribadi lawan. Dapat pula dengan maksud justifikasi bukan dengan menguatkan argumentasi sendiri namun dengan menonjolkan kekuatan pribadinya di bandingkan lawan.
contoh:
1. Sarah berkata bahwa Zaki harus jadi presiden BEM universitas X. Bob menjawab dengan apakah kita harus percaya dengan perkataan wanita yang sering gonta-gant pacar, memiliki gaya rambut aneh, dan sering bangun kesiangan.
2 : (A) Menurut tafsir blablabla dijelaskan blablabla, (B) Halah, tau apa kau tentang tafsir, lulusan teknik elektro penggemar drama korea, tiap hari mainan game mulu, sok tau tafsir.
3 : (B) Jangan ragu dengan pendapat saya, saya itu orangnya biasa diminta mengisi pengajian di sana sini, jamaah saya banyak, dsb, dsb.
contoh tersebut, si (B) telah melakukan Logical Fallacy

7. Tu Quoque – Menjawab kritikan dengan kritikan ketika seharusnya menjawab argumen lawan. To Quoque, menjawab sebuah kritikan dengan kritikan lain, bukan dengan argumen. Dikenal juga dg Appeal to Hipocrisy,
contoh:
1. Anna memperingatkan David agar tidak lagi merokok karena sudah mengalami gejala kanker paru-paru. David menolak itu karena Anna juga perokok. David melakukan fallacy jenis ini.
2. (A) Sebagai seorang muslim, kita harus berbuat ihsan, amar makruf, bla bla bla, (B) Halah, situ aja subuh sering kelewatan sok nasehatin orang.3. (A) Kalau baca Quran harus dg suara yang bagus (B) Halah, suara adzan kau cempreng tapi kau keraskan juga.
Dalam contoh tersebut, mungkin keduanya punya kesalahan, tetapi secara penalaran, si (B) telah melakukan Logical Fallacy

8. Personal Incredulity – Menganggap sesuatu tidak ada karena sulit dipahami/tidak percaya atau tidak bisa dibuktikan keberadaannya. Terjadi karena tidak bisa memahami konsep yang rumit, maka disimpulkan bahwa hal tersebut tidak mungkin benar. Padahal, yang menjadi permasalahan adalah ketidakmampuan dirinya, bukan perkara yang dibahas. Contoh:
1. Max tidak percaya bahwa ada yang mau menjadi relawan politisi secara gratis. Jadi, dia menyimpulkan semua relawan politisi itu dibayar.
2. Mana ada orang bekerja tapi ikhlas begitu saja, palingan juga dia dibayar.
3. A: Setelah mengikuti aktivasi otak, anakku bisa membaca dengan mata tertutup lho.
B: Ah, tidak mungkin. Mana ada orang bisa membaca sambil matanya tertutup.
Dalam hal ini B melakukan fallacy karena ia menyangkal tanpa mau membuktikan dulu akibat ketidaktahuannya akan adanya kemampuan blindfold reading yang bisa dikuasai oleh seseorang.
 
9. Special Pleading – Membuat pengecualian/alasan saat klaim seseorang terbukti salah. Adanya permohonan khusus akan suatu kasus
contoh:
1. Max mengklaim bahwa dirinya bisa terbang. Ketika dites secara ilmiah, kemampuannya tidak terbukti. Max beralasan bahwa mereka harus percaya dulu bahwa Max bisa terbang agar dia dapat menunjukkan kemampuannya.
2. (A) Candi Prambanan dibuat hanya dalam waktu semalam atas bantuan Jin, (B) Tidak Mungkin, Jin tidak bisa membuat candi (A) Lhow, siapa bilang jin tidak bisa? Kau ingat cerita Istana Sulaiman yang dibangun Jin? (B) Itu beedaa.. Kalau sulaiman itu memang dibantu Jin, karena ia raja manusia dan jin.. dst..
10. Loaded Question – Mengajukan pertanyaan yang menimbulkan praduga secara implisit dan tidak bisa dijawab tanpa memiliki rasa bersalah. Pertanyaan yang menjebak karena diambil dari penalaran yang salah.
contoh:
1. Dillon dan Bill sama-sama menyukai Claire. Saat Claire berada di dekat mereka berdua, Bill menanyakan apakah Dillon sudah berhenti merokok atau belum. Padahal, faktanya adalah Dillon tidak pernah merokok.
2. Kau dari tadi menolak fatwa ini, sejak kapan kau murtad?
11. Burden of Proof – Menanggap bahwa orang lain yang harus membuktikan bahwa klaimnya salah, bukannya pembuat klaim harus membuktikan bahwa klaimnya benar. Memaksa orang lain membuktikan bahwa klaim yang dilontarkan adalah salah, padahal seharusnya pembuat klaim yang harus membuktikan kebenaranklaimnya. Fallacy ini mirip dengan fallacy D1, The argument from ignorance.
contoh:
1. Billy mengklaim bahwa antara Bumi dan Mars ada sebuah kuda yang mengitari orbit bumi. Karena tidak ada yang bisa membuktikan bahwa klaimnya salah, Billy menganggap klaimnya valid.
Tuhan itu ada, kalau tidak percaya, cari bukti yang menyatakan bahwa tuhan itu tidak ada !2. Di kelas, Dede mengatakan bahwa khilafah adalah sistem pemerintah terbaik di dunia. “Silakan tunjukkan bukti bahwa sistem yang ada saat ini lebih baik daripada sistem khilafah,” tantang Dede. Semua diam. “Ini membuktikan bahwa tidak ada yang lebih baik daripada sistem khilafah”, ujarnya.
Ucapan Dede mengandung fallacy karena bisa jadi rekan kelasnya tidak tahu khilafah yang disebut-sebut Dede sehingga tidak bisa berkomentar banyak. Seharusnya Dede yang memulai dengan penjelasan sehingga memungkinkan terjadi dialog.
12. Ambiguity – Menggunakan kalimat yang dapat bermakna ganda/multitafsir atau ambigu dalam berargumen agar lawannya salah menginterpretasi kebenarannya.
contoh:
1. Ketika hakim bertanya mengapa si X memarkir mobilnya di area terlarang, si X menjawab dengan “tulisannya fine for parking here“.
2. Kota Bebas Maksiat, (Dapat bermakna daerah itu bebas dari maksiat, bisa juga diartikan bebas melakukan maksiat di kota tersebut)
13. The Gambler’s Fallacy – Percaya bahwa ketika suatu kejadian acak lebih sering terjadi dari kondisi normalnya, maka peluang kejadian acak yang “tidak normal” berikutnya akan semakin kecil. Meyakini bahwa jika selama ini kehidupan berjalan dalam kondisi A, maka pasti tahun berikutnya berjalan dalam kondisi B
contoh:
1. Dalam pelemparan koin 500, sudah lima kali berturut-turut menghasilkan garuda. Seseorang dengan gambler’s fallacy percaya bahwa pelemparan koin berikutnya akan menghasilkan 500.
2. 100 tahun sudah negeri ini dikuasai ormas A, saya yakin tahun depan kita yang menguasai.

Selanjutnya... 

Tidak ada komentar

GENERASI GO-BLOG. Diberdayakan oleh Blogger.