Personal Branding vs Pencitraan (Reza Nugraha Setiawan)
Personal branding
dan pencitraan adalah dua hal yang selalu menarik dibicarakan, karena meski keduanya memiliki banyak kesamaan tetapi value yang diberikan berbeda jauh.
Pencitraan biasanya muncul pada pesta politik di seluruh dunia, di
mana para politikus dicitrakan atau mencitrakan diri sedemikian rupa
guna mendapatkan dukungan bagi kepentingan dan kemenangan mereka.
Apa sih pencitraan itu? Sebenarnya, pencitraan lebih terkait kepada
kegiatan yang dilakukan untuk membentuk citra seseorang sesuai keinginan
atau harapan publik guna mendapatkan simpati. Kadang kala usaha ini
dilakukan juga untuk menutupi sesuatu yang buruk.
Mudahnya, pencitraan adalah "pembungkusan diri" dengan gambaran yang disukai oleh publik walaupun apa yang diberikan sebagai value kadang tidak jelas atau bahkan cenderung “kosong”.
Oleh karenanya, pencitraan sering dikonotasikan sebagai sebuah upaya
sesaat yang tidak berkesinambungan dan tidak akan pernah ada follow up-nya lagi.
Contohnya, bila keinginan publik adalah melihat sosok yang baik,
santun, mengutamakan kepentingan orang banyak, maka semua kegiatan orang
yang dicitrakan itu dirancang dan dijalankan dengan seksama,
menggunakan beragam medium komunikasi agar cocok dengan citra tersebut.
Biasanya kegiatan pencitraan ini hanya berlangsung sesaat, karena tujuannya memang mengubah persepsi orang.
Berbeda dengan personal branding, walau disebutkan di awal
memiliki banyak kesamaan dengan pencitraan--yaitu pembentukan kesan
kepada publik tentang diri seseorang, tetapi personal branding lebih memfokuskan pada core competencies yang dimiliki.
Yang ditekankan adalah nilai lebih, atau kemampuan, atau hasil
pencapaian, yang kemudian dikembangkan untuk membangun sebuah persepsi
positif kepada publik dalam membentuk “brand” diri tersebut.
Personal branding biasanya dilakukan secara konsisten dengan jangka waktu yang relatif lebih panjang dibandingkan dengan sebuah pencitraan.
Jadi membangun personal branding diperlukan usaha serta hasil yang lebih konkret, terencana dengan tujuan akhir yang jelas.
Contohnya adalah melakukan personal branding untuk membangun
citra sebagai seorang karyawan yang baik dan layak untuk
dipertimbangkan bagi kenaikan gaji atau promosi jabatan pada masa
berikutnya.
Usaha yang dilakukan harus sudah dimulai sejak memiliki rencana untuk
meningkatkan posisi karier tersebut. Kesan atau persepsi yang akan
dibangun tentunya harus positif dengan hasil yang konkret agar kenaikan
jabatan tersebut benar-benar terjadi.
Jadi yang membedakan antara kedua hal ini adalah nilai atau value. Personal branding harus lebih bermakna, sedangkan pencitraan bisa saja tidak memiliki value.
Meski begitu, apa pun usaha yang akan ditempuh, seharusnya kedua
upaya ini merupakan hal yang benar-benar dilakukan dan bukan merupakan
sebuah kebohongan publik semata.
Maka, pertimbangkanlah secara seksama apa yang akan Anda lakukan dengan brand
Anda. Bila hal yang Anda lakukan bukan sesuatu yang sungguh-sungguh,
namun hanya bermaksud untuk menguntungkan diri tanpa hasil nyata, maka
itu seperti kata pepatah bagai musang berbulu ayam –- orang jahat
bertingkah laku “sebagai orang baik”.
Post a Comment