Orang Muda Cenderung Lebih Banyak Bohong, Curang, Dan Mencuri


Makin muda seseorang, maka mereka pun makin cenderung
menipu. Di AS, survei tahun 2002 yang melibatkan hampir sembilan
ribu remaja dan orang dewasa di seluruh negeri memperlihatkan
angka signifikan bahwa orang-orang usia lima belas sampai tiga
puluh tahun suka berbohong, curang, dan mencuri.
Survei ini mencakup 3.243 siswa SMA, 3.630 mahasiswa, dan
2.092 orang dewasa. Dalam survei ini, 33% siswa SMA dan 16%
mahasiswa mengakui bahwa mereka telah mencuri barang dagangan
toko pada tahun sebelumnya.
Sekitar sepertiga siswa dan mahasiswa mengatakan sukaberbohong dalam resume, surat lamaran kerja atau pada waktu
wawancara kerja untuk mendapatkan pekerjaan yang mereka
inginkan, dan 16% siswa SMA berkata mereka sudah melakukan hal
itu sekurang-kurangnya sekali.
Enam puluh satu persen siswa SMA dan 32% mahasiswa
mengakui pernah mencontek sekali dalam ujian tahun sebelumnya.
“Apakah aku bisa dapat masalah atas sesuatu yang
belum kuperbuat?” tanya sang siswa.
“Tidak,” jawab sang kepala sekolah.
“Asik...! – aku belum bikin PR.”
Survei ini menemukan bahwa 83% siswa SMA dan 61%
mahasiswa mengatakan mereka telah berbohong kepada orangtua
mereka pada tahun sebelumnya.
Para periset menemukan bahwa ketidakjujuran dan perilaku
tidak etis lainnya kurang didapati di antara orang-orang yang berusia
di atas 30 tahun dan bahwa baik pria maupun wanita berbohong
dalam jumlah yang hampir sama.
Yang mengusik, 73% dari sampel yang berusia 15–30 tahun
mengatakan bahwa mereka percaya bahwa “hampir semua orang
akan berbohong atau bertindak curang bila memang diperlukan
untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.”
Dari studi ini akan menjadi mudah untuk mengatakan bahwa
Amerika penuh dengan gerombolan pembohong dan penipu namun
studi yang hampir sama di seluruh dunia Barat memperlihatkan
kecenderungan yang sama – dan negeri-negeri ini adalah negerinegeri
yang secara konsisten menempati skor lebih tinggi
dibandingkan negeri-negeri lainnya dalam hal kejujuran.
Sayangnya, semuanya ini adalah gejala krisis moral yang lebih
besar yang merembes ke dalam masyarakat di berbagai tempat dan
mencerminkan sebuah perubahan yang nyata dalam nilai-nilai
kemasyarakatan. Para orangtua mengajari anak-anak mereka bahwakejujuran adalah kebijakan terbaik, namun juga memberitahu kepada
mereka bahwa demi kesopanan tidaklah masalah untuk berpura-pura
senang atas hadiah ulang tahun yang diberikan kepadanya. Mereka
juga mengajari dengan kalimat-kalimat bohong seperti, “Jangan
memandangku begitu!” “Tunjukkanlah rasa senang ketika dicium
nenek,” “Janganlah tampak sengsara begitu. Tunjukkanlah wajah
gembira.”
Anak-anak mendapatkan pesan campur aduk tentang bohong,
dan ini berdampak pada bagaimana mereka berperilaku sebagai
orang dewasa. Hampir semua kebenaran yang dikatakan oleh anakanak,
maka biasanya orang yang lebih tua melarang mereka untuk
melakukannya. Misalnya, tatkala seseorang yang gemuk berlalu di
depan seorang anak di jalanan, si anak mungkin terdengar dengan
jelas bertanya kepada ibunya, “Bagaimana orang itu bisa begitu
gemuk?”
Hampir semua orangtua tidak menyadari bahwa kerasnya
hukuman yang mereka berikan adalah salah satu alasan utama
banyak anak tumbuh menjadi orang yang memelihara sifat
pembohong. Banyak dari pola perilaku bohong ini disetel tatkala
Anda masih muda dan dipicu kembali pada masa dewasa oleh figurfigur
yang punya otoritas.
Tatkala Setiap Orang Yang Anda Kenal Berbohong Kepada
Anda
Ada sebagian orang yang punya keyakinan bahwa tak
seorangpun yang pantas dipercaya dan dunia ini penuh dengan para
pembohong. Mereka merasa begitu biasanya karena salah satu dari
dua alasan ini: pertama, mereka sendiri adalah orang yang biasa
berbohong dan mereka berasumsi bahwa setiap orang lainnya juga
seperti mereka. Alasan kedua, dan lebih sesuai, bahwa perilaku
mereka sendirilah yang memicu orang lain untuk berbohong kepada
mereka.
Dengan kata lain, mereka membuat orang lain kesulitan untuk
mengatakan kebenaran kepada mereka karena orang lain dapatmelihat betapa agresif atau emosionalnya reaksi mereka atas
kebenaran. Bila orang lain melihat betapa marahnya, sakit atau
dendamnya Anda jadinya tatkala mereka memberitahu suatu
kebenaran kepada Anda, maka mereka akan menghindari
memberitahukan hal itu dengan segala daya upaya. Bila Anda
terkenal sebagai seseorang yang mudah tersinggung, Anda tak akan
pernah tahu apa yang sesungguhnya ada dalam pikiran atau perasaan
orang lain karena mereka akan mendistorsi kebenaran untuk
menghindari reaksi negatif Anda. Bila Anda meminta anak-anak
mengatakan kebenaran dan kemudian menghukum mereka karena
kebenaran tersebut tidak begitu menyenangkan, maka itu berarti
Anda mengajari mereka untuk berbohong kepada Anda dalam rangka
melindungi diri mereka.
Bila Anda merasa setiap orang di sekitar Anda membohongi
Anda, Anda perlu memeriksa perilaku dan sikap Anda sendiri dulu –
orang lain hanya setengah dari masalah itu.
Kebohongan Dari Teman Atau Keluarga Terasa Lebih
Menyakitkan
Makin intim suatu hubungan, maka makin sakit pula tipuan yang
dilakukan oleh seseorang karena Anda akan merasa ingin
melenyapkan orang itu dari hidup Anda. Misalnya, tipuan yang
dikatakan oleh orangtua atau saudara kandung akan menimbulkan
luka yang dalam karena makin dekat orang itu, maka makin besar
pula kepercayaan kita kepadanya dan keterbukaan diri kita
terhadapnya. Suatu kebohongan yang diucapkan oleh saudara atau
anak kandung akan lebih menyakitkan daripada kebohongan yang
diucapkan oleh seorang kenalan, namun cenderung untuk dimaafkan
karena orang itu akan tetap menjadi saudara atau anak kandung kita.
Suatu kebohongan dari seorang teman juga menyakitkan namun kita
dapat menghilangkan orang itu dari hidup kita, setidak-tidaknya
untuk sementara waktu, dengan tidak mengontak mereka. Sementara,
kita memperkirakan seorang sales mobil bekas akan membohongi
kita, tidaklah mengejutkan bila dia memang melakukan hal itu dan
kita dapat memilih untuk tidak pernah lagi berjumpa dengannya.

Tidak ada komentar

GENERASI GO-BLOG. Diberdayakan oleh Blogger.