Teori Baru Mengungkap, Sahara Jadi Gurun Gara-gara Manusia
Sahara yang kini dikenal sebagai gurun terluas di dunia dengan curah
hujan yang ekstrem minim dahulu merupakan padang rumput yang subur.
Setidaknya,
itulah teori baru yang diungkapkan oleh David Wright, arkeolog dari
Seoul National University, dan Jessica Tierney dari University of
Arizona.
Wright dan Tierney mengungkapkan, Sahara tidak tercipta
sebagai gurun pada awalnya. Migrasi dan aktivitas bercocok tanam manusia
pada 8.000 tahun lalu yang mengubahnya.
"Dahulu Sahara 10 kali lebih basah daripada saat ini," kata Tierney seperti dikutip Science Alert pada Rabu (15/3/2017).
Manusia
membuka lahan untuk beternak dan bertani. Ketika lahan sudah tidak
subur, manusia meninggalkannya. Pada akhirnya, lanskap sahara pun
berubah.
Saat lanskap berubah, Sahara secara langsung terpapar
sinar matahari. Panas matahari memantul ke atmosfer, meciptakan udara
kering.
Pengaruh monsun di kawasan Sahara yang semula kuat pun melemah. Akhirnya, gurun tersebut memiliki curah hujan yang minim.
Wright
menguatkan teorinya dengan sejumlah bukti arkeologi. Ia mengatakan, ada
jejak sungai purba, tanaman, dan hewan yang terpendam di bawah
permukaan Sahara.
Jejak arkeologis itu diklaim sebagai bukti bahwa
Sahara pernah hijau. Diperkirakan, periode hijau Sahara terjadi pada
16.000 - 6.000 tahun lalu, pada Periode Lembab Afrika.
Saat ini,
banyak ilmuwan menganggap bahwa Sahara tercipta karena perubahan sumbu
rotasi bumi yang terjadi dalam kurun waktu 20.000 tahun.
Namun
Wright tidak sependapat dengan teori itu. Menurutnya, perubahan sumbu
rotasi bumi memang memberi dampak tetapi tidak besar.
"Di Asia
Timur, ada teori yang telah lama berkembang yang menyebutkan bagaimana
populasi manusia Neolitik mengubah lanskap sehingga monsun berhenti
masuk ke daratan lebih dalam," katanya.
Wright masih perlu
memperkuat teorinya. Ia mengatakan, perlu melakukan penggalian untuk
mendapatkan lebih banyak bukti arkeologis dan perubahan vegetasi.
Studi Tierney dan Wright dipublikasikan di Frontier of Earth Sciences dan Sciences Advances pada bulan Maret ini.
Sumber: Kompas.com
Post a Comment