Rahasia Wanita Dalam Menilai Pria

Bagi kebanyakan orang di dunia ini, Nick dan Sue memiliki kehidupan yang sempurna. Nick punya pekerjaan yang sangat bagus, mereka memiliki rumah yang nyaman, ketiga anak mereka semuanya sehat-sehat dan ceria, dan setiap tahunnya mereka sekeluarga bisa berlibur ke luar negeri.

Akan tetapi, di balik itu semua, hubungan mereka sedang dirundung problema. Walaupun mereka memang saling mencintai satu sama lain, mereka berdua bingung, merasa kacau, dan putus asa tentang pertengkaran-pertengkaran yang terus-menerus mereka lakukan. Sue tampaknya selalu marah-marah saja, sementara Nick kebingungan dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Masalahnya adalah bahwasanya Nick, sebagaimana halnya sebagian besar kaum pria, sama sekali tidak menyadari bahwa Sue menggunakan sistem penilaian khusus yang dimiliki oleh kaum wanita untuk menilai perkawinan mereka.

Tatkala pada suatu malam muncul ide untuk melakukan percobaan pisah ranjang, mereka berdua sepakat untuk mendatangi konsultan ahli perkawinan. Nick setuju, tapi diam-diam merasa bahwa seharusnya mereka menyelesaikan sendiri masalah ini. Inilah percakapan mereka dengan sang konsultan:
Sue: “Nick adalah seorang workaholic. Dia melupakan aku dan anakanak, dan dia tidak pernah berbuat apa pun untuk kami. Seakanakan kami ini tidak ada. Cuma pekerjaan, pekerjaan, pekerjaan, dengan kami berada di suatu tempat di dasar daftar prioritasnya. Aku sudah muak menjadi ibu dan ayah sekaligus bagi anak-anak. Aku membutuhkan seorang pria yang menginginkanku, memperhatikanku dan ikut berpartisipasi di tengah keluarga tanpa aku harus mengomelinya agar dia mau berbuat begitu.”

Nick (tercengang): “Aku nggak percaya apa yang kaukatakan itu, Sue ..... Apa maksudmu aku tidak memperhatikan dirimu dan anakanak? Lihatlah rumah kita yang indah, pakaian dan perhiasan yang kaukenakan, sekolah favorit yang dimasuki anak-anak kita ..... Aku menyediakan semua ini untukmu dan anak-anak kita! Ya, aku memang kerja keras sehingga kita semua bisa hidup seperti ini dan memiliki barang-barang bagus yang kita inginkan dalam hidup ini. Aku bekerja keras setiap pekan untukmu dan engkau tak pernah menghargainya! Kau bisanya cuma ngomel aja .....”

Sue (marah): “Kau memang nggak paham-paham juga, Nick, dan kayaknya memang begitu! Aku melakukan segalanya untukmu ..... aku memasak, membersihkan, mencuci, mengorganisasikan kehidupan sosial kita dan memastikan bahwa keluarga kita terperhatikan ..... sedangkan yang kaulakukan cuma kerja. Kapan terakhir kali kaukosongkan mesin cuci piring untukku? Apakah kau pernah tahu bagaimana caranya meletakkan barang kotor untuk dicuci? Coba katakan kapan terakhir kali kau mengajakku keluar makan malam. Coba katakan kapan terakhir kali kaubilang padaku bahwa kau mencintaiku .....”
Nick: (terperanjat)
mencintaimu.....”
“Sue ..... engkau kan tahu bahwa aku
Sebagian besar pria sama sekali tak menyadari bahwa wanita melakukan penilaian terhadap keseluruhan kinerja pasangannya dalam sebuah hubungan. Sebagian besar kaum pria bahkan tak menyadari atas fakta bahwa sistem penilaian ini memang ada dan dapat saja melanggarnya tanpa pernah mengerti di mana mereka salah. Nilai yang dikumpulkan oleh seorang pria dari pasangannya secara langsung berpengaruh atas kualitas hidup mereka kapan saja. Wanita bukan hanya melakukan penilaian, namun mereka juga punya papan nilainya! Tatkala seorang pria dan wanita memutuskan untuk hidup bersama, mereka jarang mendiskusikan sampai rinci tentang apa kontribusi masing-masing pihak dalam hubungan ini. Masingmasing secara diam-diam berasumsi bahwa pihak lain akan terus memberikan apa yang selama ini selalu mereka berikan, akan berperilaku seperti halnya para orangtua mereka, atau akan mengikuti tipe peran stereotip yaitu para pria memotong rumput dan para wanita memasak.

Tidak ada komentar

GENERASI GO-BLOG. Diberdayakan oleh Blogger.