Pengguna Tik Tok yang Minta Dibacok

(Artikel ini juga Saya tayangkan di Kompasiana)
 
Sudah sebuah naluri manusia untuk dihormati dan dihargai. Menjunjung rasa saling menghargai dan menghormati dalam kehidupan sosial adalah agar terciptanya keharmonisan dan kerukunan antar manusia. Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi informasi juga telah banyak bermunculan Aplikasi Hiburan Media Sosial yang mempersilahkan penggunanya untuk tampil eksis dan terbuka, bahkan secara vulgar, dan dapat di akses oleh siapapun tanpa mengenal batas usia dan batas jarak.


Kehadiran media massa seperti televisi dan internet membuat orang beramai-ramai mengidentifikasikan diri dengan karakter artis-artis idolanya. Internet tidak lagi hanya digunakan sebagai sumber mencari informasi dan berita. Saat ini penggunaan media sosial dijadikan sebagai alat eksistensi diri pada masyarakat dewasa ini.  Dalam kasus Tik Tok, makna menjadi manusia telah disempitkan menjadi sebatas pencitraan agar viral dan terkenal, seperti yang telah ramai diberitakan. Dalam beberapa kasus di linimasa sosial media, beberapa anak kecil yang menangis meminta uang kepada orang tuanya, hanya untuk menghadiri Meet and Greet dengan artis Tiktok dengan harga tiket yang tidak sedikit. ironisnya lagi, banyak pula gadis-gadis belia yang berani berjoget memamerkan gratis lekuk tubuhnya dan menunjukkan aurat. Itu semua tanda-tanda keterbelakangan peradaban manusia di zaman yang penuh dengan kemajuan.
Pentingnya kita menjaga privasi di zaman yang terbuka ini demi keamanan dan kenyamanan dalam berperan sebagai makhluk sosial yang beradab. Ironisnya, privasi kita di era digital dipublikasikan oleh diri sendiri dan menjadi konsumsi publik yang luas.Video Tik Tok yang telah disebar akan dengan mudah diunduh oleh orang lain dan dibagikan lagi baik melalui online seperti media sosial, maupun media offline seperti perangkat wireless. Generasi muda seakan tidak mengerti apa dan bagaimana dampak yang akan ditimbulkan jika mereka membagi informasi mereka di internet. Harus kita pahami bahwa informasi yang terlanjur disebar di media sosial internet meninggalkan jejak digital yang tak akan mudah hilang. Hal tersebut suatu saat akan berdampak buruk bagi masa depan kita sendiri karena telah berbagi konten yang memalukan tentang diri kita
Dari segi bisnis, perlu kita ketahui bahwa pecipta Tik Tok tentu tak akan menghapus ataupun menghentikan layanan aplikasinya walaupun mungkin dihujat berjuta-juta umat manusia yang tidak senang dengan kehadiran aplikasi penyebar aib ini. Karena semakin banyak yang mengunduh ataupun menggunakan aplikasinya, maka pundi-pundi kekayaan pihak Tik Tok akan mengalir ke rekeningnya dari pendapatan iklan. Dari penjelasan tersebut sudah jelas pihak siapa yang dirugikan. Kita akan sepakat bahwa ternyata pengguna Tik Tok hanya dijadikan sebagai bahan bisnis dan menyingkap aib sendiri tanpa batas ke dunia maya dan dunia nyata. Walaupun sebenarya ada beberapa pengguna yang sukses menjadi endorse berkat kepopulerannya dan bahkan diundang ke acara TV, namun lagi-lagi itu adalah bisnis semata. Tentu sebagai generasi yang beradab kita tak rela mengobral aib sendiri untuk alat tukar ketenaran atau mencari kekayaan. Internet bukanlah sosok yang jahat, karena masih dapat dimanfaatkan untuk melakukan banyak hal yang lebih bermanfaat untuk mencari ketenaran.


Tidak ada komentar

GENERASI GO-BLOG. Diberdayakan oleh Blogger.