Mengapa Pria Ngotot Meninggalkan Dudukan Toilet Tetap Dalam Posisi Berdiri?


Hingga akhir tahun 1900an, toilet adalah kotak-kotak kecil yang letaknya di luar bagian belakang rumah. Manakala seorang wanita akan menggunakan toilet, dia akan mengajak wanita lainnya untuk alasan keamanan. Akan tetapi, pria bisa pergi sendiri ke sana dan membela dirinya sendiri bila diperlukan. Pria tidak pernah kencing di toilet – mereka melakukannya di semak-semak atau di atas sesuatu, sebuah kebiasaan yang oleh para pria modern diwarisi dari para leluhurnya. Inilah sebabnya mengapa Anda jarang melihat seorang pria yang kencing di sebuah tempat terbuka, selalu di atas sesuatu seperti tembok atau pohon dan, sebagaimana halnya hewan-hewan lainnya, ada unsur intrinsik untuk menandai teritorialnya. Tatkala pembilasan toilet ditemukan pada akhir abad ke-19 (menurut klaim Thomas Crapper), sebuah kamar kecil yang sederhana pindah masuk ke dalam rumah dan bangunan-bangunan publik. Namun praktik untuk pergi ke toilet secara berkelompok masih tetap berjalan di kalangan kaum wanita. Seorang pria tak pernah terdengar berkata, “Hey Fred, aku akan ke toilet nih . . . kamu mau ikut?”

Tatkala kaum pria pergi ke kamar mandi, mereka tidak pernah membawa bala bantuan.

Pada hari ini, di mana-mana toilet umum memiliki fasilitas yang terpisah, dengan tempat duduk bagi kaum wanita dan tempat kencing yang menempel di tembok bagi kaum pria. Kaum wanita selalu duduk, namun di kalangan pria hanya 10 sampai 20% dari waktunya yang digunakan untuk duduk. Rumah-rumah modern dituntut memiliki disain dan dibangun untuk mengakomodasi baik pria dan wanita secara setara, namun kaum pria tidak diuntungkan dengan toilet-toilet rumah itu yang hanya mengakomodasi kebutuhan kaum wanita. Di dalam rumah itu, seorang pria akan mengangkat dudukan toiletnya agar supaya tidak basah bila nanti ada wanita yang akan duduk di sana. Namun bila kelupaan untuk tidak mendudukkannya lagi setelah itu, si pria akan dikritik habis-habisan. Kebanyakan pria jadi kesal sekali karenanya. Mengapa para wanita tidak mau bergiliran untuk memosisikan dudukan itu dalam posisi berdiri demi pria? Di beberapa tempat di dunia ini seperti Swedia; bahkan ada undangundang bagi pria untuk duduk ketika sedang kencing di toilet umum karena secara politik hal demikianlah yang benar.

Tatkala Tuhan telah selesai menciptakan alam semesta, Dia menyadari bahwa masih ada dua hal yang
tertinggal untuk membedakan Adam dan Hawa. Satu, kataNya menjelaskan, adalah sebuah alat yang memungkinkan pemiliknya untuk kencing berdiri. Adam ingin sekali mendapatkannya dan meminta terus agar dia diperkenankan untuk mendapatkannya.

Hawa tersenyum dengan anggun dan berkata kepada Tuhan bahwa bila Adam begitu amat menginginkannya, maka biarlah dia mendapatkannya. Maka Tuhan pun memberikannya kepada Adam, yang segera pergi dan dengan senangnya kencing di pohon, membuat pola di atas pasir. Dan Tuhan melihat bahwa hal itu baik.

Tuhan kemudian berpaling kepada Hawa.
“Baiklah, sekarang yang satunya lagi.” Kata-Nya,
“Kurasa engkau dapat memilikinya.” “Terima kasih,” jawab Hawa. “Apa namanya?” Tuhan tersenyum kembali sambil menjawab, “Orgasme berganda.”
 
Di Swedia beberapa tahun yang lalu, sekelompok kaum feminis menyerukan agar diberlakukan adanya larangan untuk tempat kencing khusus pria dengan landasan bahwa kaum pria yang kencing berdiri adalah “suatu bentuk kemenangan maskulinitas mereka” dan dengan demikian melecehkan kaum wanita. Para feminis ini tidak mendapatkan dukungan yang terlalu banyak. Di beberapa tempat, biasanya kantor-kantor periklanan yang trendi di AS, tempat kencing yang menempel di tembok semakin dikurangi secara bertahap, akan tetapi, alasan demi toilet yang uniseks, semuanya dengan bilikbilik individual, lebih dikarenakan landasan untuk menghemat uang dan mengoptimalkan tempat daripada alasan apa pun tentang kesetaraan jenis kelamin. Sebuah perusahaan Belanda pada tahun 2000 mengumumkan peluncuran ke pasar “tempat kencing feminin” dunia pertama. Sejauh ini, belum ada dampak yang sangat besar dalam kebiasaan toilet global.

Salah seorang pembaca pria kami mengirim surat yang menceritakan bagaimana dia dan istrinya menyelesaikan pertengkaran soal tempat duduk toilet ini:

Kaum wanita mestinya memahami bahwa kadang-kadang penis pria punya pikirannya sendiri. Seorang pria bisa saja pergi ke bilik toilet (karena semua tempat kencing yang menempel di tembok sedang dipakai), mengarahkan penisnya dengan tepat ke toilet, namun ia tetap saja masih mengencingi gulungan kertas toilet, bagian bawah kaki celana kirinya, dan sepatunya. Kuberitahu, si Buyung ini tidak bisa dipercaya.

Setelah menikah selama 28 tahun, istriku kini telah melatihku. Aku tidak boleh lagi kencing seperti laki-laki berdiri. Aku disuruh duduk dulu baru kencing. Dia telah meyakinkanku bahwa ini adalah harga yang kecil untuk dibayar. Bila tidak, bila sampai sekali lagi dia pergi ke toilet pada malam hari dan duduk di atas dudukan toilet yang basah terkena kencing, atau terperosok ke dalam lubang toilet karena aku tidak mengembalikannya dalam posisi duduk, dia akan membunuhku sewaktu aku tidur.

Juga ada masalah dengan ereksi pada waktu pagi hari, sehingga kesulitan pihak pria pun menjadi dua kali lipat untuk menentukan arah yang tepat, dan menerangkan mengapa porselin dinding menjadi basah. Bahkan dengan duduk pun, lapor si pria, ada masalahmasalah mekanis besar yang hanya dipahami oleh para pria. Kini dia mengasah keahlian menghadapkan wajah ke bawah di atas lubang toilet dalam posisi “Superman Terbang” dalam rangka memastikan bahwa tidak ada air kencing yang lolos.

Kaum wanita perlu memahami bahwa kaum pria tidak dapat disalahkan sepenuhnya. Kami sensitif atas
kepedulian mereka tentang soal kesehatan dan kebersihan kamar mandi, namun kadang-kadang keadaannya di luar kendali kami. Ini bukanlah kesalahan kami . . .

Sesungguhnya, kaum pria tidak sungguh-sungguh mempedulikan apakah tempat duduknya duduk atau berdiri, namun mereka bisa terganggu dengan seorang wanita yang menuntut agar tempat duduk itu diturunkan kembali, daripada memintanya dengan halus atau melakukannya sendiri.
 
Solusi
Meminta pria untuk duduk sewaktu dia kencing biasanya berarti tidak ada lagi masalah. Bila si pria menolak, maka perlu diterangkan dengan halus namun tegas bahwa jutaan pria di dunia Islam setiap harinya kencing dalam posisi duduk – tanpa merasa bahwa maskulinitasnya sedikit terusik dengan hal itu. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw. hanya pernah sekali saja kencing dalam posisi berdiri, dan itu pun sewaktu beliau sedang berada di kebun di mana tidak memungkinkan untuk duduk. Bila ini masih tidak dapat membujuk seorang pria, maka cukup tetapkan saja aturan-aturan baru di rumah. Semenjak sekarang, adalah tugas si pria untuk membersihkan toilet, dan itu berarti melap lantainya setiap hari untuk membersihkan percikan-percikan kencing yang berceceran. Hal ini mungkin dengan sangat cepat akan mendatangkan suatu pandangan yang secara menyeluruh positif terhadap kencing dalam posisi duduk.
 
Bila Anda tidak mampu melakukannya, solusi yang jitu adalah dengan selalu membeli rumah yang memiliki dua toilet – satu untuk pria dan satu untuk wanita – atau merenovasi rumah yang sekarang
untuk menambah kamar mandi ekstra. Dengan cara ini, Anda berdua dapat menikmati standar-standar kebersihan dan kesehatan yang Anda pilih, tanpa harus merasa stres satu sama lain.

Tidak ada komentar

GENERASI GO-BLOG. Diberdayakan oleh Blogger.